Ekstremisme Keagamaan: Ekstremisme Keagamaan yang Muncul dengan Cepat!



Ekstremisme Keagamaan: Ekstremisme Keagamaan yang Muncul dengan Cepat!

Kemunculan ekstremisme agama yang cepat berkembang sejalan dengan kebangkitan perselisihan etnis selama akhir abad kedua puluh. Tahun 1990-an menyaksikan peningkatan nyata dalam insiden teroris, yang dilakukan oleh organisasi seperti Hamas, Hizbullah, Jihad Islam, dan khususnya Kelompok Islam Bersenjata Aljazair. Di Israel, kapal pemimpin baru ­yang berfokus pada konflik politik-etnis Palestina-Israel menggantikan PLO (Organisasi Pembebasan Palestina) yang sebelumnya digerakkan oleh ideologi dan politik.

Fanatisme agama bertanggung jawab atas beberapa serangan teroris di seluruh dunia. Penting untuk dicatat bahwa Yudaisme dan Kristen melahirkan sekte-sekte fundamentalis yang berusaha ­mencapai tujuan mereka dengan kekuatan senjata. Pada 1980-an, Rabi Meir Kahane dan para pengikutnya bersiap untuk membunuh dan melukai untuk mencapai tujuan mereka memperluas permukiman di Tepi Barat dan Gaza.

Hal ini dilakukan untuk menetapkan dan memastikan bagi generasi mendatang keunggulan yang diberikan Tuhan atas kehadiran orang Yahudi di Israel yang alkitabiah. Kahane mendirikan grup The Kach (Bahasa Ibrani untuk “hanya demikian”). Tujuan yang dinyatakan Kach dan cabangnya Kahane Chai (yang berarti “Kahane hidup,” didirikan oleh putra Meir Kahane Binyamin setelah pembunuhan ayahnya di Amerika Serikat) adalah untuk mendirikan kembali negara alkitabiah Israel.

Namun, pada tahun 1994, kabinet Israel menyatakan kedua organisasi tersebut sebagai organisasi teroris ­. Serangan Dr Baruch Goldstein di masjid al-Ibarahimi (Goldstein berafiliasi dengan Kach) pada Februari 1994 mendapat dukungan besar, dan terjadi peningkatan serangan verbal terhadap pemerintah Israel. Pada tahun 1995, Yigal Amir membunuh Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin, yang dikenal karena keterlibatannya dalam proses perdamaian Israel-Palestina. Dia diduga terkait dengan kelompok agama radikal Yahudi.

Selama Perang Dingin, beberapa kelompok fundamentalis Kristen muncul di Amerika Serikat. Banyak dari mereka adalah keturunan dari organisasi supremasi kulit putih dan kanan agama ­seperti Ku Klux Klan. Selama tahun 1970-an dan 1980-an, sejumlah kelompok kuasi-bawah tanah yang militan dibentuk. Ini termasuk beberapa yang menyebut diri mereka patriot dan milisi.

Selama puncak krisis pertanian pedesaan di awal 1980-an, Posse Comitatus, jaringan longgar yang menyebarkan teori konspirasi, dan ide supremasi kulit putih di seluruh Farm Belt, mendapatkan popularitas di kalangan petani dan peternak, yang mengakibatkan munculnya disebut Gerakan Patriotik.

Gerakan Patriot, bersama dengan sayap bersenjatanya, milisi warga, menghidupkan kembali ­gerakan daftar popu sayap kanan yang muncul pada 1990-an setelah runtuhnya komunisme Eropa dan peluncuran Perang Teluk. Penganut patriot, yang membentuk unit-unit bersenjata, dikenal sebagai gerakan milisi bersenjata.

Selama pertengahan 1990-an, milisi bersenjata aktif secara sporadis di 50 negara bagian, dengan jumlah pengikut dan keanggotaan yang cukup besar. Segmen penting dari patriot dan gerakan bersenjata mengadopsi kelangsungan hidup, pandangan hidup apokaliptik, mengharapkan yang terburuk terjadi ­pada mereka. Para patriot, milisi, dan penyintas mempersenjatai diri atas dasar hak membawa senjata yang dilindungi secara konstitusional.

Badan-badan federal telah kesulitan untuk melaksanakan surat perintah terhadap penganutnya. Masalah ini diperparah oleh fakta bahwa ­milisi biasanya tidak mengakui otoritas federal. Pada periode sebelumnya, kekerasan yang diakibatkan antara agen federal dan milisi biasanya menimbulkan situasi yang aneh. Ada beberapa insiden pertemuan antara milisi dan agen federal.

Dalam insiden Waco yang terkenal pada tahun 1993, sebuah sekte fundamentalis Kristen menghadapi blokade pemerintah yang berkepanjangan. Delapan puluh Davidians termasuk pemimpin David Koresh tewas dalam insiden itu. Belakangan, sebuah gedung federal di Kota Oklahoma menjadi sasaran serangan teroris, yang menewaskan 180 orang. Tersangka, Timothy Me Veigh, memiliki hubungan dengan gerakan patriot dan supremasi kulit putih. Dia kemudian dihukum dan dijatuhi hukuman mati.

Related Posts