Kenaikan dan Penurunan Modal Kerja



Bacalah artikel ini untuk mempelajari hal-hal berikut yang akan menyebabkan perubahan Modal Kerja, yaitu (A) Kenaikan Modal Kerja, dan (B) Penurunan Modal Kerja!

A. Peningkatan Modal Kerja:

(i) Penerbitan Saham dan Surat Utang;

(ii) Penjualan Aset Tetap atau Aset Tidak Lancar;

(iii) Pendapatan dari berbagai sumber.

B. Penurunan Modal Kerja:

(i) Penebusan Saham Preferensi atau Surat Utang;

(ii) Pembelian Aset Tetap atau Aset Tidak Lancar;

(iii) Pembayaran Biaya Lain-Lain;

(iv) Pembayaran Dividen, Pajak dll.

Peningkatan atau penurunan modal kerja di atas dapat direpresentasikan dengan bantuan contoh berikut:

Dalam contoh di atas, Modal Kerja menjadi Rs. 20.000. Sekarang misalkan Tanah dan Bangunan dijual seharga Rs. 8.000 dan, jika uang yang direalisasikan tidak diinvestasikan dalam aset tetap atau tidak lancar, jumlah modal kerja akan ditingkatkan hingga jumlah tersebut karena akan meningkatkan persediaan kas—bagian dari aset lancar.

Oleh karena itu, total aset lancar akan meningkat menjadi Rp. 48.000 tanpa, bagaimanapun, menyebabkan perubahan dalam jumlah total kewajiban lancar. Dengan kata lain, modal kerja menjadi Rs. 28.000. Singkatnya, jika terjadi pergeseran dari aset tetap atau tidak lancar ke aset lancar, maka akan terjadi aliran masuk atau penambahan dana untuk modal kerja.

Demikian pula, seperti yang ditunjukkan ilustrasi di atas, jika seluruh jumlah saham dijual seharga Rs. 20.000 tunai, yaitu setara, dan uang itu diinvestasikan untuk memperoleh aset tidak lancar, katakanlah, Tanah dan Bangunan, modal kerja akan dikurangi dengan Rs. 20.000 dan, dalam hal ini, modal kerja akan menjadi nihil (Rs. 20.000 – Rs. 20.000). Singkatnya, peralihan dari aset lancar ke aset tetap atau aset tidak lancar akan melibatkan aplikasi atau penurunan dana untuk modal kerja.

Sekali lagi, seperti jelas dari contoh di atas, jika Surat Utang ditebus pada nilai nominal, modal kerja akan dikurangi sebesar Rs. 10.000. Artinya akan terjadi penggunaan dana untuk modal kerja karena akan terjadi penurunan stok kas. Jadi, jika kewajiban tetap atau jangka panjang dilunasi dari persediaan aset lancar, yaitu uang tunai, akan ada penggunaan dana untuk modal kerja atau, sebagai akibatnya, penurunan modal kerja.

Pada bidang yang identik, jika saham ekuitas baru diterbitkan seharga Rs. 10.000 dan hasilnya tidak digunakan baik dalam bentuk aktiva tidak lancar maupun aktiva tetap, jelas akan ada peningkatan modal kerja karena jumlah total aktiva lancar akan bertambah dalam bentuk uang tunai tanpa, bagaimanapun, menyebabkan perubahan pada jumlah kewajiban lancar. Modal kerja dalam hal ini akan menjadi Rs. 30.000. Artinya, jika stok aset lancar ditambah dengan hasil dari kewajiban tetap atau tidak lancar, akan ada aliran masuk atau peningkatan dana untuk modal kerja.

Related Posts