Pengaruh Kebijakan Akuntansi terhadap ROI



Kebijakan akuntansi yang diikuti oleh perusahaan bisnis dalam pengukuran pendapatan, penilaian persediaan ­, ukuran investasi mempengaruhi ROI.

Berikut adalah poin-poin yang mempengaruhi ROI:

1. Penentuan Pendapatan:

Kebijakan akuntansi mengenai pengakuan pendapatan dan beban berpengaruh terhadap penentuan laba bersih ­. Pengakuan pendapatan dan beban mempengaruhi ROI dengan menentukan kapan penjualan diakui sebagai pendapatan dan kapan pengeluaran diakui sebagai beban. Setiap perbedaan dalam kebijakan pengakuan pendapatan dan beban dari divisi yang berbeda akan menghasilkan variasi yang signifikan dalam ROI mereka hanya karena perbedaan dalam kebijakan akuntansi.

Selain kebijakan pendapatan dan pengeluaran, pendapatan juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti berikut ini:

(i) Perawatan untuk Hal-hal yang Tidak Berulang:

Pendapatan dapat dipengaruhi oleh biaya atau pendapatan yang tidak berulang dan kemudian tidak dapat dibandingkan dengan pendapatan periode sebelumnya atau divisi atau unit bisnis lainnya. Misalnya, biaya iklan yang tinggi untuk memperkenalkan produk baru dapat mendistorsi pendapatan bersih secara signifikan pada periode yang bersangkutan.

(ii) Pajak Penghasilan:

Pajak penghasilan dapat mempengaruhi berbagai unit secara berbeda, sehingga laba bersih setelah pajak mungkin tidak dapat dibandingkan. Ini mungkin benar, misalnya, jika unit bisnis beroperasi di negara yang berbeda dengan tarif pajak dan perjanjian pajak yang berbeda.

(iii) Fluktuasi Nilai Tukar Mata Uang Asing:

Unit bisnis yang beroperasi di luar negeri tunduk pada fluktuasi nilai tukar mata uang asing yang dapat mempengaruhi pendapatan dan nilai investasi unit tersebut.

(iv) Alokasi Biaya Umum:

Ketika unit bisnis yang berbeda berbagi fasilitas atau biaya yang sama, seperti departemen personalia atau biaya pemrosesan data, biaya umum tersebut sering dialokasikan ke unit berdasarkan pembagian yang adil. Metode alokasi yang berbeda menghasilkan biaya yang berbeda untuk setiap divisi, dan karena itu mempengaruhi pendapatan divisi.

2. Penilaian Persediaan:

Ada berbagai metode penilaian persediaan seperti FIFO, LIFO, dan Biaya Rata-Rata Tertimbang dll. Demikian pula untuk penilaian persediaan, biaya penyerapan atau metode biaya variabel dapat digunakan. Setiap metode menghasilkan angka yang berbeda untuk harga pokok penjualan dan persediaan yang, pada gilirannya, mempengaruhi laba bersih dan akhirnya ROI dari unit bisnis yang berbeda.

3. Penilaian Aset atau Modal yang Diinvestasikan:

Aset atau modal yang diinvestasikan menentukan besarnya investasi yang digunakan untuk menghitung ROI.

Mungkin ada konsep aset yang berbeda seperti berikut ini:

(i) Total Aset:

Ini termasuk semua aset, aset berwujud, aset tidak berwujud, aset fungsi.

(ii) Total Aset Berwujud:

Ini tidak termasuk aset tidak berwujud, fungsi aset dari total aset.

(iii) Nilai Buku Bruto:

Ini adalah biaya perolehan aset.

(iv) Nilai Buku Bersih:

Nilai buku bersih adalah harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan.

(v) Total Aset dikurangi Kewajiban Lancar:

Pendekatan ini mendorong manajer pusat investasi untuk meminimalkan sumber daya yang terikat dalam aset dan memaksimalkan penggunaan kredit jangka pendek untuk membiayai operasi.

(vi) Nilai Saat Ini:

Dalam beberapa kasus, aset berumur panjang merupakan bagian yang signifikan dari total investasi karena sebagian besar aset berumur panjang dinyatakan dengan biaya historis, dan angka biaya historis akan menjadi tidak relevan dan menyesatkan jika terjadi perubahan harga.

Jika nilai biaya historis digunakan untuk investasi dalam ROI, hasilnya adalah ROI dapat dilebih-lebihkan secara signifikan relatif terhadap ROI yang ditentukan dengan nilai aset saat ini. Konsekuensinya adalah bahwa penggunaan ROI biaya historis dapat menyesatkan manajer, karena angka ROI yang meningkat dapat menciptakan ilusi profitabilitas. Ilusi dihapus ketika aset diganti kemudian pada nilai saat ini, dan jumlah pendapatan mungkin tidak cukup untuk mendukung penggantian aset pada nilai saat ini yang lebih tinggi.

(vi) Alokasi Aset Bersama:

Ketika fasilitas bersama, seperti fasilitas pemeliharaan umum dilibatkan, manajemen harus menentukan pengaturan pembagian yang adil. Manajemen puncak harus melacak aset ke unit bisnis yang menggunakannya dan mengalokasikan aset yang tidak dapat dilacak berdasarkan penggunaan yang sedekat mungkin dengan penggunaan sebenarnya. Misalnya, investasi dalam fasilitas pemeliharaan kendaraan dapat dialokasikan berdasarkan jumlah kendaraan yang digunakan di setiap unit atau pada nilai totalnya di setiap unit.

Alternatifnya, kapasitas yang dibutuhkan dan oleh karena itu investasi dalam fasilitas bersama beberapa ­kali lebih besar karena unit pengguna memerlukan tingkat layanan yang tinggi pada periode permintaan yang tinggi. Aset harus dialokasikan sesuai dengan permintaan puncak oleh masing-masing unit; unit dengan kebutuhan beban puncak yang lebih tinggi yang menyebabkan kebutuhan kapasitas maka mendapat porsi investasi yang relatif lebih besar. Misalnya, departemen layanan komputer mungkin memerlukan kapasitas komputer tingkat tinggi karena pengguna tertentu memerlukan layanan dalam jumlah besar pada waktu tertentu.

Selain interpretasi aset/investasi di atas, kebijakan penyusutan dan kebijakan kapitalisasi yang dianut oleh perusahaan mempengaruhi pendapatan serta besarnya investasi. Jumlah penyusutan yang lebih besar mengurangi ROI. Demikian pula, jika suatu item dibebankan, dan tidak dikapitalisasi, hal itu juga akan mengurangi ROI.

Related Posts