6 Jenis Metamorfosis Teratas | Geologi



Perubahan metamorf batuan asal menjadi batuan jenis baru dapat terjadi dengan cara sebagai berikut:-1. Kontak atau Metamorfisme Termal 2. Metamorfisme Hidrotermal 3. Metamorfisme Regional 4. Metamorfisme Pemakaman 5. Metamorfosis Plutonik 6. Metamorfisme Dampak.

Tipe # 1. Kontak atau Metamorfosis Termal:

Jenis metamorfosis ini terjadi ketika magma yang sangat panas bergerak ke atas melalui batuan kristal dan membawa serta tingkat panas yang tinggi. Sebuah zona alterasi yang disebut aereole terbentuk di bebatuan yang mengelilingi tubuh magma yang terdampar.

Batuan di sekitarnya ini menjadi sangat panas, struktur mineralnya mengalami perubahan. Intrusi kecil seperti tanggul tipis dan kusen memiliki aureol yang tebalnya hanya beberapa sentimeter. Sebaliknya, tubuh magma yang mengkristal membentuk batolit masif dapat menciptakan zona besar batuan metamorf yang membentang hingga beberapa kilometer.

Aureol besar ini sering terdiri dari zona metamorfisme yang berbeda. Di dekat tubuh magma, mineral suhu tinggi seperti garnet dapat terbentuk, sedangkan mineral tingkat rendah yang lebih jauh seperti klorit terbentuk. Selama metamorfisme kontak, mineral lempung dipanggang seolah-olah ditempatkan di tempat pembakaran dan dapat menghasilkan batuan berbutir halus yang sangat keras.

Karena tekanan terarah bukan merupakan faktor utama dalam pembentukan batuan ini, mereka umumnya tidak berfoliasi. Hornfels adalah nama yang diterapkan pada berbagai jenis batuan metamorf yang keras dan tidak berfoliasi yang terbentuk selama metamorfosis kontak.

Tipe # 2. Metamorfisme Hidrotermal:

Selain sejumlah besar panas yang dibebaskan di sekitar intrusi beku, sejumlah besar gas dan cairan juga dibebaskan. Sangat sering unsur-unsur volatil dari magma ini menempuh jarak jauh melalui batuan induk di sekitarnya.

Cairan dan gas ini secara kimia kuat dan mudah bereaksi dengan banyak mineral yang mereka temui. Ini berarti material baru dimasukkan ke dalam batuan sebagai bagian dari proses metamorfosis, bukan sekadar penataan ulang kimiawi dan rekristalisasi mineral yang sudah ada.

Contoh: Perubahan olivin menjadi ular. Olivin adalah mineral yang tidak stabil secara kimiawi dan dalam batuan yang melimpah seperti di dunite, batuan mudah diubah dari gabro menjadi serpentin ketika diserang oleh air panas yang aktif secara kimiawi yang berasal dari intrusi batuan beku.

Metamorfisme hidrotermal terkait erat dengan aktivitas beku karena menyediakan panas yang dibutuhkan untuk mengedarkan cairan dan gas kaya ion yang telah menyusup ke dalam batuan. Jadi metamorfosis hidrotermal sering terjadi bersamaan dengan metamorfisme kontak di daerah di mana pluton besar ditempatkan.

Tipe # 3. Metamorfosis Regional:

Selama perjalanan waktu geologis, pergerakan bumi menyebabkan deformasi batuan kristal di atas sabuk dengan lebar ratusan kilometer dan panjang ribuan kilometer. Sabuk yang cacat kerak ini umumnya dikaitkan dengan rantai pegunungan. Batuan yang muncul di zona yang lebih dalam dari sabuk yang terdeformasi ini mengalami tekanan mekanis dan suhu tinggi.

Hasil metamorfisme regional dalam produksi batuan yang sangat terdeformasi dengan belahan slaty dan manifestasi lain dari deformasi plastis. Dalam hal ini aksi tegangan menghasilkan rekristalisasi batuan dengan pembentukan kristal baru yang tumbuh dengan panjang atau permukaan platy pada sudut kanan ke arah tegangan tekan maksimum.

Mineral-mineral tersebut sebagian besar memiliki orientasi paralel dan karenanya batuan mengembangkan tekstur yang berorientasi atau berpita. Tekstur berorientasi yang dihasilkan oleh mineral platy atau columnar disebut Schistosity.

Tipe # 4. Metamorfisme Pemakaman:

Metamorfosis penguburan terjadi dalam hubungan dengan akumulasi sangat tebal dari strata sedimen di cekungan surut. Berikut kondisi metamorf tingkat rendah dapat dicapai dalam lapisan terendah. Tekanan pembatas dan panas bumi mendorong rekristalisasi mineral penyusun untuk mengubah tekstur dan/atau mineralogi batuan tanpa deformasi yang berarti.

Kedalaman yang dibutuhkan untuk metamorfosis penguburan bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lain tergantung pada gradien panas bumi yang berlaku. Metamorfosis tingkat rendah sering dimulai pada kedalaman sekitar 8 km dengan suhu berkisar antara 100°C hingga 200°C.

Tipe # 5. Metamorfisme Plutonik:

Jenis metamorfisme ini diyakini terjadi pada kedalaman yang sangat dalam di dalam kerak bumi dalam kondisi tekanan yang sangat tinggi dan suhu yang sangat tinggi. Tekanan yang berlaku seperti tekanan hidrostatik. yaitu intensitas tekanan adalah sama di semua arah.

Tekanan seperti itu kadang-kadang disebut tekanan pembatas. Karena tekanan yang sangat tinggi, varietas mineral yang sangat padat atau padat terbentuk. Mineral yang mengkristal di zona metamorf ini cenderung lebih keras atau lebih berdimensi sama daripada memanjang. Karakteristik yang mencolok dari batuan metamorf plutonik adalah keterkaitannya yang erat dengan batuan beku intrusif.

Seringkali kedua jenis batuan ini akan saling bergantian dalam satu singkapan. Misalnya, mungkin ada lapisan bahan granit, lalu sekis, lalu granit, lalu sekis, dan seterusnya.

Contoh ekstrem dari metamorfosis plutonik adalah batuan migmatit. Pada sebagian batuan ini memiliki tampilan gneiss berpita atau berlapis, namun di bagian lain dari singkapan, mineral penyusunnya akan memiliki pola yang tidak berorientasi, acak, dan tersebar yang sangat khas dari granit.

Tipe # 6. Metamorfisme Dampak:

Dampak atau guncangan metamorfosis terjadi ketika proyektil berkecepatan tinggi yang disebut meteorit (Fragmen asteroid) menghantam permukaan bumi. Saat tumbukan, energi meteorit yang bergerak cepat diubah menjadi energi panas dan gelombang kejut yang melewati bebatuan di sekitarnya.

Hasilnya adalah batu yang hancur, hancur, dan terkadang meleleh. Produk dari tumbukan ini yang disebut impaktil meliputi campuran batuan yang terfragmentasi bersama dengan semburan kaya kaca yang menyerupai bom vulkanik. Dalam beberapa kasus, bentuk kuarsa (coesite) dan intan kecil yang sangat padat ditemukan.

Related Posts