Perubahan Alam Yang Dapat Mempengaruhi Ekosistem-



Angin, hujan, predasi, dan gempa bumi adalah contoh proses alami yang berdampak pada ekosistem. Manusia juga mempengaruhi ekosistem dengan mengurangi habitat, berburu berlebihan, menyebarkan pestisida atau pupuk, dan pengaruh lainnya. Garis antara efek yang disebabkan oleh alam dan manusia sering kabur. Misalnya, sedimen di sungai dan sungai dapat merusak ekosistem lunak ini. Tapi penyebabnya mungkin tanah longsor pasca badai atau tanah yang ditelanjangi untuk pertanian. Apa pun yang memasuki ekosistem – dari sinar matahari hingga hujan hingga kontaminan – berpotensi mengubahnya. Para ilmuwan menyebut faktor-faktor ini sebagai pendorong.

Driver dan Ekosistem

Ekosistem terdiri dari semua elemen alami di lingkungan tertentu dan hubungan di antara mereka. Ekosistem tidak hanya memiliki komponen hidup, seperti tumbuhan dan hewan, tetapi juga komponen tak hidup, seperti udara, air, tanah, dan batuan. Jenis ekosistem termasuk hutan, padang rumput, tundra, danau, lahan basah, delta dan terumbu karang. Driver adalah setiap peristiwa atau proses yang mengubah ekosistem. Beberapa memiliki pengaruh langsung pada ekosistem. Cuaca buruk, seperti tornado, badai salju, angin topan, atau hujan es adalah peristiwa alam yang berdampak langsung pada ekosistem. Hewan seperti beruang atau singa gunung berkeliaran mencari wilayah baru. Ini dapat berdampak langsung pada ekosistem karena hewan tersebut berburu makanan di wilayah barunya, sehingga mengurangi flora atau fauna yang ada. Perilaku hewan pemangsa itu wajar, tetapi dapat mengubah ekosistem. Pengemudi langsung juga dapat dipengaruhi oleh manusia. Pengenalan spesies yang biasanya tidak berasosiasi dengan ekosistem tertentu – seperti kudzu, ikan mas perak, atau kerang zebra – berdampak buruk pada ekosistem tersebut.

Suksesi Ekologis

Sebagian besar perubahan ekosistem terjadi dari waktu ke waktu, bukan sebagai akibat dari peristiwa tunggal yang tiba-tiba. Para ilmuwan menyebut satu proses suksesi ekologis yang lambat. Saat proses ini berlangsung, populasi spesies berfluktuasi dan terkadang hilang sama sekali. Spesies baru yang memasuki ekosistem – seperti contoh beruang atau singa gunung – merupakan salah satu pemicu yang mungkin untuk memulai suksesi ekologis. Perubahan evolusioner yang meningkatkan adaptasi spesies tertentu adalah pendorong lainnya. Misalnya, sumber makanan yang habis mungkin mengubah pola migrasi, atau satu spesies mungkin menyesuaikan perilaku yang memungkinkannya menjadi yang terbaik dari spesies pesaingnya. Perubahan ekologis pada satu spesies sering memengaruhi adaptasi spesies lain. Ketika tanaman pertama kali mengembangkan bunga jutaan tahun yang lalu, serangga mengadaptasi daya tarik nektar yang bermanfaat menyebarkan serbuk sari tanaman.

Badai Parah

Kekuatan destruktif badai, banjir, badai tropis, dan tornado sering berdampak pada ekosistem. Badai dahsyat, seperti angin topan, membawa serta angin kencang, gelombang badai, dan hujan deras. Faktor-faktor ini merusak ekosistem yang mencakup terumbu karang, rawa pesisir, dan hutan pedalaman. Gelombang badai menuangkan air asin ke daratan di sepanjang wilayah pesisir, membunuh vegetasi air tawar dan beberapa invertebrata seperti kerang. Meskipun badai pada awalnya merusak, badai dapat memberikan beberapa manfaat bagi ekosistem, seperti menghilangkan polutan.

Kontributor Lainnya

Kekeringan juga memengaruhi ekosistem karena spesies tanaman yang beradaptasi dengan iklim yang lebih kering menggantikan tanaman yang tumbuh subur di kelembapan. Kekeringan yang berkepanjangan meningkatkan risiko kebakaran, peristiwa alam yang dapat dengan cepat mengurangi ekosistem hutan. Ketika hutan tumbuh kembali, spesies asing yang eksotis dapat berkoloni di sana, tumbuh lebih cepat daripada spesies asli. Bahaya geologi alami yang mempengaruhi ekosistem termasuk gunung berapi, gempa bumi dan tsunami. Faktor biologis – penyakit, spesies invasif, ganggang mekar – juga berkontribusi terhadap perubahan ekosistem.

Blakebe/iStock/GettyImages

Related Posts