Keadaan Ekonomi kerajaan Buton

Kerajaan Buton adalah sebuah kerajaan yang terletak di Pulau Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kerajaan ini memiliki sejarah yang panjang dan merupakan salah satu kerajaan tertua di wilayah Sulawesi.

Kerajaan Buton dikenal karena kekayaan alamnya, terutama hasil tambang seperti timah, nikel, dan bauksit. Selain itu, kerajaan ini juga terkenal dengan tradisi dan budayanya yang kaya, termasuk seni dan kerajinan tangan seperti tenun ikat.

Pada masa lalu, Kerajaan Buton merupakan pusat pemerintahan yang penting di wilayah tersebut dan memiliki hubungan perdagangan yang luas dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, serta dengan negara-negara asing seperti Belanda dan Tiongkok.

Namun, sebagai model bahasa, saya tidak memiliki informasi terbaru tentang keadaan politik atau sosial ekonomi kerajaan Buton setelah September 2021. Untuk informasi terkini, disarankan untuk mengakses sumber-sumber berita terpercaya atau menghubungi pemerintah setempat.

Keadaan Ekonomi kerajaan Buton

Berikut adalah beberapa informasi mengenai keadaan ekonomi kerajaan Buton:

  1. Perdagangan: Kesultanan Buton memiliki hubungan perdagangan yang baik dengan kerajaan-kerajaan di Sulawesi dan Pulau Jawa. Karena letaknya yang strategis, Buton sering dilalui oleh kapal dagang dari mancanegara. Selain itu, produksi rempah-rempah di Buton juga meningkat tajam. [1]

  2. Mata Uang: Kesultanan Buton memiliki alat pertukaran atau mata uang yang disebut kampua. Kampua adalah sehelai kain tenun berukuran 17,5 cm x 8 cm yang digunakan sebagai alat pembayaran di kerajaan Buton. [1]

  3. Sistem Perpajakan: Pada abad ke-17, pemerintahan Buton telah mengembangkan sistem perpajakan yang baik. Pajak di Buton agak ditagih oleh seorang Tunggu Weti. [1]

  4. Nilai Ekonomi Fisik: Kesultanan Buton memiliki nilai ekonomi fisik dalam bentuk luas tanah, bangunan-bangunan, manuskrip sejarah, dan benda-benda bersejarah lainnya. Meskipun mungkin tidak seberapa nilainya, tetapi memiliki nilai historis dan budaya yang penting. [2]

  5. Nilai Ekonomi Nonfisik: Selain nilai ekonomi fisik, Kesultanan Buton juga memiliki nilai ekonomi nonfisik yang meliputi sejarah, tradisi, dan budaya kerajaan. Misalnya, proses pemilihan sultan yang melibatkan aspek spiritual dan tahapan yang sakral, serta adanya manuskrip kesultanan yang dapat menarik minat wisatawan. [2]

Meskipun Kesultanan Buton pernah menghadapi konflik dengan Belanda, mereka berhasil mempertahankan kedaulatan kerajaan mereka. Namun, kemunduran kesultanan terjadi karena konflik internal dan kekuatan kesultanan yang semakin melemah hingga akhirnya bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1960 setelah sultan terakhir meninggal. [1]


Learn more:

  1. Kesultanan Buton: Sejarah, Sistem Pemerintahan, dan Peninggalan Halaman all – Kompas.com
  2. NILAI EKONOMI KESULTANAN BUTON – Harian Terbit
  3. Kesultanan Buton – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

 

Topik terkait

Kerajaan Islam di Sumatera Utara: Warisan yang Berharga

Kondisi sosial politik kerajaan medang kamulan

Related Posts