Sistem Pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno



Sebelum  Sanjaya berkuasa  di Mataram  Kuno, di Jawa sudah   berkuasa   seorang   raja   bernama  Sanna.   Menurut prasasti  Canggal  yang berangka tahun  732  M, diterangkan bahwa Raja Sanna telah digantikan oleh Sanjaya. Raja Sanjaya adalah putra Sanaha, saudara perempuan dari Sanna.

Dalam Prasasti Sojomerto yang ditemukan di Desa Sojomerto, Kabupaten Batang, disebut nama Dapunta Syailendra yang beragama Syiwa (Hindu). Diperkirakan Dapunta  Syailendra berasal  dari Sriwijaya dan  menurunkan Dinasti Syailendra yang berkuasa di Jawa bagian tengah. Dalam hal  ini Dapunta   Syailendra  diperkirakan  yang  menurunkan Sanna, sebagai raja di Jawa.

Sanjaya  tampil  memerintah  Kerajaan  Mataram   Kuno pada  tahun  717  – 780  M. Ia melanjutkan kekuasaan Sanna. Sanjaya kemudian melakukan penaklukan terhadap raja-raja kecil bekas bawahan Sanna yang melepaskan diri. Setelah itu, pada  tahun  732  M Raja Sanjaya mendirikan bangunan suci sebagai tempat pemujaan.

Bangunan ini berupa  lingga dan berada   di atas  Gunung   Wukir (Bukit Stirangga). Bangunan suci itu merupakan lambang keberhasilan Sanjaya dalam menaklukkan raja-raja lain.

Raja Sanjaya bersikap arif, adil dalam memerintah, dan memiliki pengetahuan luas. Para pujangga dan rakyat hormat kepada  rajanya. Oleh karena  itu, di bawah  pemerintahan Raja Sanjaya, kerajaan menjadi aman  dan  tenteram. Rakyat hidup makmur.

Mata pencaharian penting adalah pertanian dengan hasil  utama   padi.  Sanjaya  juga  dikenal  sebagai  raja  yang paham  akan isi kitab-kitab suci. Bangunan suci dibangun oleh Sanjaya untuk pemujaan lingga di atas Gunung  Wukir, sebagai lambang  telah  ditakhlukkannya  raja-raja  kecil  di  sekitarnya yang dulu mengakui kemaharajaan Sanna.kerajaan mataram

Setelah Raja Sanjaya wafat,  ia digantikan oleh putranya bernama Rakai Panangkaran. Panangkaran mendukung adanya perkembangan agama  Buddha. Dalam Prasasti Kalasan yang berangka tahun  778, Raja Panangkaran telah memberikan hadiah tanah  dan  memerintahkan membangun sebuah  candi untuk  Dewi Tara dan sebuah  biara untuk  para pendeta agama Buddha. Tanah dan  bangunan tersebut terletak di Kalasan. Prasasti Kalasan juga menerangkan bahwa  Raja Panangkaran disebut dengan nama Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana Rakai Panangkaran. Raja Panangkaran kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke arah timur

sanjayaRaja Panangkaran dikenal  sebagai penakluk yang gagah  berani bagi musuh- musuh kerajaan. Daerahnya bertambah luas.  Ia  juga   disebut   sebagai   permata dari Dinasti Syailendra. Agama Buddha Mahayana  waktu  itu berkembang pesat. Ia juga memerintahkan didirikannya bangunan-bangunan  suci.  Misalnya, candi Kalasan dan arca Manjusri.

Setelah kekuasaan Penangkaran berakhir,   timbul   persoalan   dalam keluarga Syailendra, karena adanya perpecahan   antara    anggota   keluarga yang sudah  memeluk  agama  Buddha dengan keluarga  yang masih  memeluk  agama  Hindu (Syiwa).Hal ini menimbulkan perpecahan di dalam pemerintahan Kerajaan Mataram  Kuno. Satu  pemerintahan dipimpin oleh tokoh-tokoh kerabat istana yang menganut agama Hindu berkuasa di daerah Jawa bagian utara.  Kemudian keluarga yang terdiri atas tokoh-tokoh yang beragama Buddha  berkuasa  di daerah  Jawa bagian  selatan. Keluarga Syailendra yang beragama Hindu meninggalkan bangunan-bangunan candi  di Jawa  bagian  utara.  Misalnya, candi-candi   kompleks   Pegunungan  Dieng   (Candi   Dieng) dan  kompleks  Candi Gedongsongo. Kompleks Candi Dieng memakai nama-nama tokoh wayang seperti Candi Bima, Puntadewa, Arjuna, dan Semar

Sementara yang beragama Buddha meninggalkan candi-candi seperti Candi Ngawen,  Mendut, Pawon  dan  Borobudur. Candi Borobudur  diperkirakan  mulai dibangun oleh  Samaratungga pada  tahun 824 M. Pembangunan kemudian dilanjutkan pada zaman Pramudawardani dan Pikatan.

Perpecahan di dalam  keluarga  Syailendra tidak berlangsung lama. Keluarga itu akhirnya bersatu kembali. Hal ini ditandai dengan perkawinan  Rakai  Pikatan  dan  keluarga   yang  beragama  Hindu dengan Pramudawardani, putri dari Samaratungga. Perkawinan itu terjadi  pada  tahun  832  M. Setelah  itu, Dinasti Syailendra bersatu kembali di bawah  pemerintahan Raja Pikatan.

raja mataram

Setelah Samaratungga wafat, anaknya dengan Dewi Tara yang bernama Balaputradewa menunjukkan sikap menentang terhadap Pikatan.  Kemudian   terjadi  perang   perebutan  kekuasaan antara Pikatan  dengan Balaputradewa. Dalam perang  ini Balaputradewa membuat benteng  pertahanan di  perbukitan   di  sebelah  selatan Prambanan. Benteng  ini sekarang  kira kenal dengan Candi Boko. Dalam  pertempuran,  Balaputradewa terdesak   dan melarikan  diri ke Sumatra.  Balaputradewa kemudian  menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya.

Kerajaan  Mataram  Kuno  daerahnya bertambah  luas. Kehidupan   agama   berkembang  pesat   tahun   856  Rakai Pikatan turun  tahta  dan  digantikan  oleh  Kayuwangi  atau  Dyah Lokapala. Kayuwangi kemudian  digantikan  oleh Dyah Balitung. Raja Balitung merupakan raja yang  terbesar. Ia memerintah pada  tahun  898  –  911  M dengan gelar Sri Maharaja  Rakai Wafukura  Dyah Balitung Sri Dharmadya  Mahasambu. Pada pemerintahan Balitung bidang- bidang  politik, pemerintahan, ekonomi,  agama,  dan  kebudayaan mengalami   kemajuan.   Ia  telah   membangun  Candi  Prambanan sebagai   candi  yang  anggun dan  megah. Relief-reliefnya sangat indah.

Sesudah Balitung Kerajaan Mataram mulai mundur. Raja yang berkuasa setelah Balitung adalah Daksa, Tulodong, dan Wawa. Beberapa  faktor  yang  menyebabkan kemunduran Mataram  Kuno antara  lain adanya  bencana alam  dan  ancaman dari musuh  yaitu Kerajaan Sriwijaya.

Sumber: Sejarah SMA/MA Kelas X Kemdikbud 2014

Related Posts