Di sini kami merinci tentang enam batasan laporan arus kas!
(a) Gagal Mempresentasikan Laba Bersih:
Laporan Arus Kas sebenarnya gagal menyajikan laba bersih suatu perusahaan untuk suatu periode karena tidak mempertimbangkan item non-kas yang dapat dengan mudah dipastikan oleh Laporan Laba Rugi. Ini dapat digunakan sebagai pelengkap Laporan Laba Rugi.
(b) Gagal Menilai Posisi Likuiditas dan Solvabilitas:
Praktisnya, laporan arus kas tidak membantu menilai posisi likuiditas atau solvabilitas suatu perusahaan. Posisi likuiditas yang tepat tidak dapat dinilai dari laporan arus kas yang hanya menyajikan posisi kas pada akhir periode. Ini hanya membantu seberapa besar jumlah kewajiban yang dapat dipenuhi, yaitu Laporan Arus Kas tidak mewakili posisi likuiditas yang sebenarnya.
(c) Baik Laporan Arus Dana Pengganti maupun Laporan Laba Rugi:
Laporan Arus Kas bukan merupakan pengganti Laporan Arus Dana maupun pengganti Laporan Laba Rugi. Fungsi-fungsi yang dilakukan oleh Laporan Arus Dana atau Laporan Laba Rugi tidak dapat dilakukan oleh Laporan Arus Kas.
(d) Tidak Menilai Profitabilitas:
Praktisnya, arus kas dari operasi tidak membantu menilai profitabilitas perusahaan karena tidak mempertimbangkan biaya maupun pendapatan.
(e) Tidak Sesuai dengan Undang-Undang Perusahaan:
Ketentuan yang dibuat oleh Companies Act sesuai dengan Laporan Laba Rugi dan Neraca tidak sesuai dengan Laporan Arus Kas yang disusun sesuai AS 3.
(f) Tidak Menilai Arus Kas Masa Depan:
Karena Laporan Arus Kas disusun berdasarkan biaya historis dan, dengan demikian, tidak membantu untuk mengetahui arus kas masa depan/proyeksi.
(g) Perbandingan Antar-Industri tidak Memungkinkan:
Karena Laporan Arus Kas tidak mengukur efisiensi ekonomi suatu perusahaan dibandingkan dengan perbandingan antar industri lainnya tidak mungkin, misalnya perusahaan yang memiliki investasi modal lebih sedikit akan memiliki arus kas lebih sedikit daripada perusahaan yang memiliki lebih banyak investasi modal yang memiliki arus kas lebih tinggi. .