Perkembangan Embrio Setelah Pembuahan | Biologi



Perkembangan Embrio setelah Pembuahan!

Setelah pembuahan, sel telur yang telah dibuahi disebut zigot atau oospora. Mengikuti mode perkembangan yang telah ditentukan sebelumnya (embriogeni), ia memunculkan embrio, yang memiliki potensi untuk membentuk tanaman yang lengkap.

Biasanya zigot membelah segera setelah pembelahan pertama inti endosperma primer atau membelah lebih awal dari pembelahan pertama inti endosperma primer. Setelah pembuahan, zigot beristirahat selama periode yang sangat bervariasi dalam taksa yang berbeda-dari beberapa jam hingga beberapa minggu.

Tidak ada perbedaan mendasar pada tahap awal perkembangan embrio dikotil dan monokotil. Tetapi tahap perkembangan selanjutnya memang berbeda karena embrio yang matang sangat berbeda.

Pembagian pertama zigot biasanya melintang di sebagian besar angiospermae. Namun, dalam beberapa kasus, pembagian pertama mungkin membujur atau miring. Dari tahap dua sel ini hingga diferensiasi organ, embrio disebut proembrio.

A. Perkembangan Embrio Dicot di Capsella bursa pastories (Crucifer type):

Pembelahan pertama zigot adalah transversal menuju pembentukan sel basal cb dan sel terminal ca (Gbr. 2.30 A, B). Sel basal membelah melintang menjadi bentuk (cm dan ci) dan yang terakhir membelah secara longitudinal menghasilkan pembentukan proembrio berbentuk T terbalik (terdiri dari 4 sel) Gambar 2.30 CE.

Masing-masing dari dua sel terminal sekarang terbagi oleh dinding vertikal yang terletak tegak lurus dengan yang pertama untuk membentuk tahap kuadran (Gambar 2.30J). Sel-sel kuadran membelah dengan dinding transversal sehingga menimbulkan tahap oktan (Gbr. 2.30 K, L). Dari oktan ini empat sel bagian bawah membentuk ujung batang dan kotiledon dan empat bagian atas membentuk hipokotil.

Semua delapan sel mengalami pembelahan periclinal yang membedakan dermatogen luar dan lapisan dalam sel (Gambar 2.30 M, N). Sel-sel dermatogen membelah secara antiklin untuk menghasilkan epidermis embrio, sedangkan sel-sel bagian dalam dengan pembelahan lebih lanjut memunculkan meristem dasar dan sistem prokambial dari hipokotil dan kotiledon.

Pada saat ini dua sel atas ci dan cm dari proembrio bersel empat (Gbr. 2.30 D) membelah membentuk deretan 6-10 sel suspensor (Gbr. 2.30 FK) di mana sel paling atas V membengkak dan vesikular membentuk haustorium . Sel h paling bawah berfungsi sebagai hipofisis.

Sel hipofisis terbagi menjadi delapan sel. Empat bagian bawah ini membentuk inisial korteks akar. Empat bagian atas membentuk tudung akar dan epidermis akar. Embrio dikotil yang berkembang sempurna memiliki sumbu embrio yang berdiferensiasi menjadi plumula, dua kotiledon, dan radikula.

Pada awalnya embrio berbentuk bulat. Dengan pertumbuhan yang terus menerus, embrio menjadi berbentuk hati (cordate) yang terdiri dari dua primordial kotiledon. Embrio yang membesar terdiri dari dua kotiledon dan sumbu embrional.

Ukuran hipokotil dan kotiledon segera memanjang. Selama perkembangan lebih lanjut, bakal biji menjadi melengkung seperti tapal kuda (Gbr. 2.31).

B. Perkembangan Embrio Monokotil:

Dalam monokotil banyak variasi ditemukan dalam tahapan perkembangan. Namun, tidak ada perbedaan mendasar antara monokotil dan dikotil mengenai pembelahan sel awal proembrio. Di sini embriogeni dari tipe khas Sagittaria (Keluarga – Allismaceae) telah ditelusuri.

Pertama-tama zigot atau oospora sangat besar ukurannya dan membelah dengan pembelahan melintang untuk membentuk 3- disebut proembrio (Gbr. 2.33). Ini adalah sel basal, sel tengah dan sel terminal.

Sel basal yang lebih besar yang terletak di ujung mikropil tidak membelah lebih jauh dan langsung berubah menjadi suspensor besar atau sel vesikular. Sel terminal mengalami sejumlah pembelahan di berbagai bidang dan membentuk kotiledon tunggal.

Sel tengah mengalami pembelahan transversal dan vertikal berulang, sehingga berdiferensiasi menjadi beberapa sel suspensor, radikula, plumula, dan hipokotil. Pada tipe ini kotiledon adalah struktur terminal dan plumula terletak secara lateral dalam depresi. Di monokotil seperti Colocasia, tidak ada suspensor yang terbentuk. Di Agapanthus (famili – Liliaceae); dua kotiledon telah dilaporkan.

Related Posts