Perbedaan antara endergonik dan Eksergonik

“Endergonik” dan “eksergonik” adalah dua istilah yang digunakan dalam konteks reaksi kimia dan energi. Mereka merujuk pada arah aliran energi dalam suatu reaksi kimia.

1. Endergonik: Reaksi endergonik adalah reaksi kimia yang membutuhkan energi eksternal untuk terjadi. Dalam reaksi endergonik, energi input diperlukan agar reaksi dapat mencapai titik keseimbangan atau terjadi. Dalam hal ini, energi input biasanya berupa energi dalam bentuk ATP (adenosin trifosfat) atau energi cahaya (dalam proses fotosintesis). Contoh reaksi endergonik adalah sintesis protein dalam sel, di mana energi ATP digunakan untuk menggabungkan asam amino menjadi rantai protein.

2. Eksergonik: Reaksi eksergonik adalah reaksi kimia yang melepaskan energi saat terjadi. Dalam reaksi eksergonik, energi yang dilepaskan bisa berupa energi panas, cahaya, atau energi lainnya. Reaksi tersebut melepaskan lebih banyak energi daripada yang diperlukan untuk memulai atau mempertahankannya. Contoh reaksi eksergonik adalah respirasi selular, di mana glukosa diurai menjadi karbon dioksida dan air, dan energi yang dilepaskan digunakan untuk menghasilkan ATP.

Ketika dua reaksi, endergonik dan eksergonik, terhubung dalam suatu sistem, energi yang dilepaskan oleh reaksi eksergonik dapat digunakan sebagai energi input untuk reaksi endergonik, sehingga menjaga keseimbangan energi dalam sistem tersebut. Dalam sel hidup, konversi energi endergonik menjadi energi eksergonik dan sebaliknya, merupakan bagian penting dari proses metabolisme dan menjaga kelangsungan hidup organisme.

Perbedaan antara endergonik dan Eksergonik

Perbedaan antara endergonik dan eksergonik terletak pada arah reaksi kimia dan jumlah energi yang terlibat. Berikut adalah perbedaan antara kedua proses tersebut:

1. Arah Reaksi:
– Reaksi endergonik adalah reaksi kimia yang membutuhkan energi untuk terjadi. Dalam reaksi endergonik, energi diserap dari sekitarnya dan disimpan dalam molekul yang dihasilkan.
– Reaksi eksergonik adalah reaksi kimia yang melepaskan energi ke sekitarnya. Dalam reaksi eksergonik, energi dilepaskan saat reaksi berlangsung.

2. Jumlah Energi:
– Reaksi endergonik memiliki energi awal yang lebih rendah daripada energi akhir. Dalam reaksi ini, energi yang dibutuhkan harus lebih besar daripada energi yang dihasilkan.
– Reaksi eksergonik memiliki energi awal yang lebih tinggi daripada energi akhir. Dalam reaksi ini, energi yang dilepaskan lebih besar daripada energi yang dibutuhkan.

3. Contoh:
– Contoh reaksi endergonik adalah fotosintesis, di mana energi cahaya diserap oleh tumbuhan dan digunakan untuk mengubah air dan karbon dioksida menjadi glukosa. Reaksi ini membutuhkan energi dalam bentuk cahaya.
– Contoh reaksi eksergonik adalah respirasi seluler, di mana glukosa dipecah menjadi energi yang dapat digunakan oleh sel. Dalam proses ini, energi dilepaskan dalam bentuk ATP (adenosin trifosfat).

Perbedaan utama antara endergonik dan eksergonik terletak pada arah reaksi (energi diserap atau dilepaskan) dan jumlah energi yang terlibat (energi yang dibutuhkan atau dihasilkan).

Apakah ada contoh lain dari reaksi endergonik dalam kehidupan sehari-hari?

Tentu! Berikut adalah beberapa contoh reaksi endergonik yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari:

1. Fotosintesis: Proses fotosintesis pada tumbuhan adalah contoh utama reaksi endergonik dalam kehidupan. Dalam fotosintesis, tumbuhan menggunakan energi cahaya matahari untuk mengubah karbon dioksida dan air menjadi glukosa dan oksigen. Proses ini membutuhkan energi cahaya sebagai input untuk melepaskan oksigen dan menghasilkan glukosa yang merupakan sumber energi bagi tumbuhan.

2. Sintesis protein: Proses sintesis protein dalam sel merupakan reaksi endergonik yang penting. Sel menggunakan energi ATP untuk menggabungkan asam amino menjadi rantai protein. Energi ATP digunakan untuk mengatasi gaya tarik antara molekul-molekul asam amino dan membentuk ikatan peptida yang membentuk rantai protein.

3. Kontraksi otot: Kontraksi otot merupakan proses endergonik yang membutuhkan energi. Ketika otot berkontraksi, protein aktin dan miosin di dalam otot saling berinteraksi. Proses ini membutuhkan energi yang dihasilkan dari pemecahan ATP. Energi ini digunakan untuk memicu perubahan bentuk protein dan menyebabkan kontraksi otot.

4. Pengangkutan aktif: Dalam sel, terdapat proses pengangkutan aktif yang memindahkan zat melawan gradien konsentrasi. Proses ini membutuhkan energi untuk memindahkan molekul atau ion melawan gradien konsentrasi yang ada. Contohnya adalah pompa ion seperti pompa sodium-potassium (Na+/K+ ATPase) yang memompa ion sodium keluar dari sel dan ion kalium ke dalam sel melawan gradien konsentrasi.

Itu hanya beberapa contoh reaksi endergonik dalam kehidupan sehari-hari. Jumlah reaksi endergonik yang terjadi dalam berbagai proses biologis sangat banyak dan berperan penting dalam menjaga keseimbangan energi dalam organisme.

Topik terkait

Related Posts