(i) Pasokan kayu bakar, untuk menggantikan kotoran sapi sebagai sumber energi.
(ii) Pasokan kayu kecil;
(iii) Perlindungan lahan pertanian terhadap angin;
(iv) Pasokan pakan ternak; dan
(v) Kebutuhan rekreasi.
Secara rinci, tujuan tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1. Peningkatan Luas Hutan dan Pemulihan Keseimbangan Ekologis:
Ini dicapai melalui:
(i) Konservasi kelembaban—pohon mengambil air dari lapisan tanah yang lebih rendah dan membawanya ke lapisan atas melalui sistem akar tunggang yang panjang dan, juga, pohon menahan penguapan air;
(ii) Konservasi tanah—pepohonan membantu mencegah erosi oleh angin dan air;
(iii) Konservasi habitat alami—pepohonan menyediakan habitat bagi banyak burung dan hewan, beberapa di antaranya ramah lingkungan.
2. Memenuhi Kebutuhan Dasar Pedesaan:
Perhutanan sosial memenuhi kebutuhan dasar pedesaan yang disebut sebagai ‘lima F’—pangan, bahan bakar, pakan ternak, pupuk (pupuk hijau) dan serat. Penipisan besar-besaran hutan yang mudah diakses telah mengakibatkan kelangkaan akut kayu bakar dan pakan ternak. Yang memprihatinkan, defisit kayu bakar dipenuhi dengan menggunakan kotoran sapi, sehingga menyia-nyiakan sumber pupuk yang kaya dan murah.
Pohon juga memasok bahan mentah untuk berbagai industri kecil dan desa melalui kayu kecil dan hasil hutan kecil.
3. Memastikan Penggunaan Lahan yang Lebih Baik:
Perhutanan sosial membantu mencapai penggunaan lahan yang seimbang dan layak dengan mencegah erosi tanah, memfasilitasi reklamasi lahan marjinal, mencegah genangan air dan dengan membawa integrasi monolitik kehutanan, pertanian dan peternakan.
4. Penciptaan Lapangan Kerja:
Operasi perhutanan sosial berpotensi meningkatkan situasi ketenagakerjaan di daerah pedesaan terutama selama musim paceklik pertanian. Ini membantu dalam menstabilkan pendapatan bagian masyarakat yang lebih lemah.
5. Mengontrol Polusi:
Pohon diketahui menyerap gas berbahaya dan melepaskan oksigen. Dengan cara ini mereka membantu mengurangi polusi udara terutama di daerah perkotaan.
