Parasit Leishmania Brasiliensis: Siklus Hidup, Cara Infeksi dan Perawatan



Baca artikel ini untuk mengetahui tentang distribusi, siklus hidup, cara infeksi dan pengobatan parasit leishmania brasiliensis!

Posisi sistematis:

Filum – Protozoa

Subfilum – Plasmodroma

Kelas – Mastigophora

Pesan – Protomonadina

Genus – Leishmania

Speices – Brasiliensis

Leishmania brasiliensis adalah endoparasit protozoa, yang berada sebagai parasit intraseluler di dalam sel makrofag kulit dan selaput lendir hidung dan rongga bukal manusia. Ini menyebabkan penyakit yang disebut “Espundia atau American leishmaniasis”.

Parasit ini ditemukan pada tahun 1911 oleh Carini dan Parahus di dalam lesi ulseratif. Vianna (1911) menamai parasit tersebut sebagai Leishmania brasiliensis. Hewan liar seperti opossum, Agouti, Tapir, Cavies, Coatis dll., merupakan inang reservoir di berbagai daerah endemik.

Distribusi geografis:

Penyakit ini terutama terbatas di Amerika Tengah dan Selatan, tetapi kasus telah dilaporkan dari Sudan.

Lingkaran kehidupan:

Secara morfologi L. brasiliensis mirip dengan L. tropica dan L. donovani. Leishmania brasiliensis adalah parasit digenetik. Inang utama adalah manusia, sedangkan inang sekunder adalah spesies lalat pasir tertentu, yang utamanya adalah Phlebotomus intermedius yang merupakan spesies liar yang biasa ditemukan di wilayah tempat infeksi terjadi.

Siklus hidup dan metode reproduksi L. brasiliensis mirip dengan L. donovani dan jenis leishmania lainnya.

Cara penularan:

Manusia terinfeksi oleh gigitan lalat pasir yang membawa parasit tahap promastigote. Penyakit ini juga dapat diinokulasi dari manusia ke manusia (auto inoculable), sehingga kontak langsung merupakan sumber penularan infeksi yang penting. Parasit bermigrasi ke situs dekat persimpangan mukokutan.

Patologi:

Seperti L. tropica, L. brasiliensis juga menghasilkan lesi kulit berupa pustula yang meninggi, yang kemudian berubah menjadi ulkus dengan tepi luka yang jelas. Ulkus terbuka di tengah tempat cairan keluar. Pemblokiran kapiler limfatik menyebabkan nekrosis dan kerusakan jaringan lunak nasofaring, laring dan langit-langit.

Perlakuan:

Injeksi intravena preparat antimoni pentavalen adalah obat pilihan pertama. Pyrimathamin atau amfoterisin Ð’ juga dapat digunakan. Penggunaan antibiotik mencegah infeksi sekunder.

Profilaksis:

Perlindungan dari gigitan kikir pasir, terutama di kawasan hutan.

Related Posts