6 Tujuan Utama Geografi Pertanian



Enam tujuan utama geografi pertanian adalah sebagai berikut:

(i) Untuk memeriksa distribusi spasial tanaman, ternak dan kegiatan pertanian lainnya. Pola tanam dan kombinasi tanaman dan ternak bervariasi dalam ruang dan waktu. Misalnya ­, asosiasi tanaman di Punjab dan Haryana berbeda dengan asosiasi tanaman di Rajasthan, Bihar, dan Benggala Barat. Penyebab variasi tersebut dan penjelasan sistematisnya adalah salah satu tujuan utama ahli geografi pertanian.

(ii) Memastikan konsentrasi spasial dari fenomena pertanian ­. Ada tanaman tertentu yang memiliki konsentrasi sangat tinggi di satu area dan konsentrasi rendah atau tidak signifikan di area lain. Alasan kepadatan spasial tersebut diperiksa oleh ahli geografi pertanian.

(iii) Asosiasi tanaman dan kombinasi tanaman-ternak berubah dalam ruang dan waktu. Apa kombinasi tanaman di Punjab pada periode pra-Revolusi Hijau telah berubah pada periode pasca-Revolusi Hijau. Faktanya, kombinasi gandum dan beras ­di Punjab dan Haryana merupakan perkembangan terbaru dalam sejarah penggunaan lahan pertanian di negara bagian ini.

Asosiasi ini tidak akan bertahan lama karena banyak petani dan ilmuwan menantang keberlanjutannya. Ada kemungkinan kuat bagi petani untuk mengadopsi kombinasi baru dalam beberapa dekade mendatang ­. Para petani selalu berusaha mengoptimalkan hasil pertaniannya dan mengadopsi inovasi-inovasi baru. Perubahan temporal dalam pola tanam patut diselidiki dan dijelaskan.

(iv) Kinerja berbagai tanaman di suatu negara atau wilayah tidak seragam. Ada variasi antar-wilayah, intra-regional, intra-desa dan intra-pertanian dalam produksi dan produktivitas tanaman yang berbeda. Dengan kata lain, beberapa daerah tampil lebih baik daripada yang lain secara pertanian. Alasan mengapa daerah-daerah tertentu tertinggal dalam produktivitas pertanian juga menjadi daya tarik ­para ahli geografi pertanian.

(v) Terlepas dari tujuan yang diberikan, ahli geografi pertanian harus mendiagnosa pada tingkat mikro (tingkat rumah tangga dan lapangan) penyebab keterbelakangan pertanian yang ada, dan kemudian menyarankan strategi yang sesuai untuk meningkatkan produktivitas. Ini mungkin sangat membantu dalam mengurangi petani kecil dan marjinal di atas garis kemiskinan di wilayah tertentu.

(vi) Di negara maju dan di beberapa kantong negara berkembang, pertanian telah mencapai status ‘agribisnis ­’. Dalam pertanian agribisnis telah dianggap sebagai industri di mana ‘hukum hasil yang meningkat’ berlaku. Para ahli geografi harus berusaha mengidentifikasi hambatan-hambatan yang menghalangi untuk menjadikan pekerjaan ini sebagai agribisnis.

Geografi pertanian sebagai sub-disiplin geografi Manusia dan ­Ekonomi telah ditunjukkan pada Gambar 1.1. Geografi aktivitas manusia disebut sebagai ‘geografi ekonomi’ yang mengkaji aktivitas manusia primer, sekunder, tersier, dan kuaterner.

Manusia pada tahap purba adalah pemburu dan pengumpul dan selama periode Neolitik ia belajar seni bercocok tanam. Dengan demikian, budaya pertanian ­telah menjadi kegiatan ekonomi yang dominan di masa lalu dan masih menjadi andalan lebih dari dua pertiga populasi dunia. Studi geografi pertanian dengan demikian memiliki relevansi sosial yang besar di antara semua cabang geografi manusia.

Related Posts