Mari belajar mengenai Apa itu tribalisme? Menganalisis fenomena sosial ini

Sejak awal kemanusiaan, orang telah berkembang di sekitar pembentukan kelompok dan masyarakat. Alasannya adalah bahwa dalam kodrat manusia ada kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain yang kita anggap setara, serta kebutuhan untuk merasa bahwa kita termasuk dalam kelompok yang mencintai kita.

Perspektif kesukuan didasarkan pada beberapa premis ini, sebuah konsep yang dipelajari sepanjang sejarah umat manusia dan bahwa, meskipun tidak begitu umum dalam budaya Barat saat ini, masih ada jejak kesukuan di dalamnya.

  • Artikel terkait: ” Identitas pribadi dan sosial “

Apa itu tribalisme?

Tribalisme adalah konsep dari bidang antropologi yang mengacu pada fenomena budaya di mana individu menciptakan kelompok atau organisasi yang bersifat sosial untuk mengidentifikasi dan menegaskan kembali diri mereka sebagai bagian dari sesuatu yang lebih besar.

Karena merupakan fenomena budaya, kesukuan cenderung menyebar, mencakup hampir semua bidang kehidupan seseorang, memberikan pengaruh dua arah. Artinya, orang tersebut mencoba untuk meninggalkan jejak perjalanan mereka melalui organisasi dan, pada gilirannya, organisasi itu sendiri memberikan pengaruh pada orang tersebut.

Dalam beberapa kasus, pengaruh ini dapat mencakup sejumlah besar aspek kehidupan individu. Seperti perubahan pola perilaku, pemikiran politik, agama atau moral, serta mempengaruhi adat istiadat, cara atau cara penggunaan bahasa.

  • Anda mungkin tertarik: ” 8 jenis rasisme yang paling umum “

Dua definisi terkait

Konsep ini mencakup dua definisi yang berbeda tetapi terkait erat. Di satu sisi, kita dapat memahami kesukuan sebagai sistem sosial di mana umat manusia dibagi menjadi organisasi atau kelompok yang berbeda yang dikenal dengan nama suku.

Sampai hari ini, istilah suku dikaitkan dengan kelompok orang yang memiliki serangkaian minat, kebiasaan, praktik, tradisi, atau asal etnis yang sama. Di seluruh dunia, ada banyak sekali pengelompokan ini, semua dengan sifat dan kualitas yang berbeda.

Makna kedua yang menghimpun istilah tribalisme adalah yang mengacu pada perasaan kuat akan identitas budaya atau etnis. Sensasi ini membuat orang tersebut mendefinisikan dirinya sendiri dan membedakan dirinya dari anggota lain dari suku yang berbeda. Selain itu, juga mencakup perasaan yang dimiliki orang tersebut terhadap kelompoknya sendiri, serta kepuasan atau kebanggaan berada di dalamnya.

Sangat penting untuk memahami perbedaan antara kedua makna tribalisme ini karena meskipun masyarakat kesukuan hampir tidak berkembang di Barat, tribalisme dipahami sebagai penciptaan kelompok orang dengan selera yang sama sepenuhnya diperluas.

Tribalisme vs. individualisme

Berbeda dengan paham tribalisme kita menemukan individualisme. Kedua perspektif antropologis ini sepenuhnya bertentangan, meskipun keduanya berusaha memahami pribadi dan masyarakat cararn.

Tidak seperti tribalisme, individualisme berkomitmen pada kemandirian dan kemandirian setiap orang. Pengikut perspektif ini mempromosikan realisasi tujuan mereka sendiri, serta keinginan mereka sendiri dengan cara yang terisolasi, hanya berdasarkan pilihan pribadi dan tanpa pengaruh atau intervensi eksternal.

Karena ia juga membentuk suatu cara untuk memahami masyarakat, individualisme juga mengandaikan suatu cara untuk memahami seluruh masyarakat, politik, moralitas atau ideologi, dengan menetapkan individu sebagai pusat dari semuanya itu.

Perspektif antagonis utamanya adalah tribalisme dan kolektivisme, yang membela persatuan atau asosiasi orang untuk mencapai tujuan bersama. Meskipun benar bahwa manusia secara tradisional dianggap sebagai hewan yang suka berteman, yaitu hidup dan berkembang dalam komunitas. Ada perdebatan luas di dunia sosiologi dan antropologi tentang posisi mana yang lebih berkembang saat ini.

Sementara beberapa ahli membela bahwa orang cenderung lebih dan lebih untuk deindividualisasi dan hidup dalam kelompok atau kolektivitas, mereka juga menentukan bahwa bentuk-bentuk baru kesukuan sangat berbeda dari yang tradisional dan bahwa mereka berkembang dengan berlalunya waktu dan transformasi masyarakat.

Di sisi lain, mereka yang berpendapat bahwa individualisme saat ini semakin meluas di negara-negara maju, mempertahankan bahwa orang dan kelompok cenderung individualisasi dan isolasi, serta mengurangi perasaan kolektivitas atau pencapaian tujuan bersama.

Dalam kasus terakhir, sebagian masyarakat antropologi percaya bahwa kecenderungan individualistis yang kita alami saat ini sejalan dengan perkembangan kecenderungan narsistik yang tampaknya sedang naik daun saat ini.

Kecenderungan narsistik yang mendorong individualisme ini ditandai dengan menghadirkan pola atau unsur berikut:

  • Pengabaian perasaan kesinambungan sejarah dan menjadi bagian dari proyek global.
  • Kecenderungan dominan untuk hidup pada saat ini dan hidup hanya untuk diri sendiri, bukan untuk orang lain atau nanti.
  • Kecenderungan untuk introspeksi dan pengenalan diri.

Munculnya suku urban

Asal usul dan perkembangan suku urban dapat dijelaskan dalam kerangka teori yang menjelaskan tribalisme. Definisi paling umum dari suku urban adalah yang mendefinisikannya sebagai kelompok orang, umumnya usia remaja, yang mengikuti tren dan praktik atau kebiasaan umum dan yang dibuat terlihat melalui keseragaman saat berpakaian atau mengekspresikan diri.

Suku-suku urban adalah ekspresi dalam eksponen maksimum dari tribalisme saat ini. Kelompok-kelompok orang ini menciptakan visi dan citra mereka sendiri tentang dunia di sekitar mereka, bentuk-bentuk baru interaksi dengan lingkungan dan cara-cara berbeda untuk mengekspresikan diri mereka tidak hanya melalui bahasa, tetapi juga melalui aturan berpakaian, simbol, musik, sastra, atau seni.

Fakta menjadi bagian dari suku urban memberi orang tersebut kemungkinan untuk membangun identitas dan mengembangkan rasa memiliki pada kelompok yang terkait. Selain itu, mereka digunakan sebagai sarana untuk menjauhkan diri dari yang mapan secara sosial, menjauhkan diri dari institusi dan menghasilkan masyarakat atau komunitas baru.