Apomixis dan Polyembryony di Tumbuhan Berbunga



Baca artikel ini untuk mempelajari tentang apomiksis dan poliembrioni pada tumbuhan berbunga!

Apomixis (Gk. apo- tanpa, mixis- pencampuran) adalah cara reproduksi yang tidak melibatkan pembentukan zigot melalui fusi gamet. Oleh karena itu, ini mirip dengan reproduksi aseksual ­. Pada tumbuhan apomixis biasanya meniru reproduksi seksual tetapi menghasilkan biji tanpa pembuahan, misalnya beberapa spesies Asteraceae dan rerumputan.

Ada beberapa metode pengembangan apomiktik pada benih. Dua yang umum adalah agamospermia berulang dan embrio adventif.

Sumber gambar: aob.oxfordjournals.org/content/early/2010/07/29/aob.mcq148/F2.large.jpg

1. Agamospermi Berulang:

Agamospermy (Gk.a- tanpa, gamos- perkawinan, sperma-seed) adalah pembentukan benih yang memiliki embrio yang terbentuk tanpa meiosis dan syngamy. Ini terdiri dari dua jenis, tidak berulang dan berulang. Pada agamospermi yang tidak berulang, embrio bersifat haploid.

Oleh karena itu, benih yang memilikinya tidak dapat hidup. Pada agamospermi rekuren, semua sel kantung embrio diploid karena terbentuk langsung baik dari sel nucellar (apospory) atau sel induk megaspore diploid (diplospory).

Telur diploid serta sel diploid lain dari kantung embrio dapat tumbuh menjadi embrio normal. Pembentukan embrio langsung dari sel telur diploid tanpa pembuahan disebut partenogenesis diploid, misalnya Rubus, Apel, Poa.

2. Embrio Adventif (Sporo ­phytic Budding):

Embrio berkembang langsung dari sel diploid selain telur seperti nucellus dan integumen, misalnya Citrus, Opuntia. Hal ini menimbulkan ­kondisi yang disebut poliembrioni atau fenomena memiliki lebih dari satu embrio. Mungkin ada lebih dari satu sel telur dalam kantung embrio atau lebih dari satu kantung embrio dalam ovula.

Semua sel telur bisa dibuahi. Sinergid dan sel antipodal juga dapat membentuk embrio. Pada gymnospermae, poliembrioni juga dapat terjadi akibat pembelahan embrio yang sedang tumbuh ­. Ini disebut poliembrioni pembelahan.

Terjadinya poliembrioni akibat pembuahan lebih dari satu sel telur disebut poliembrioni sederhana. Pembentukan embrio ekstra melalui sporophytic budding disebut adventive polyembryony. Polyem ­bryony cukup umum di bawang merah, kacang tanah, mangga, lemon, jeruk.

Dalam beberapa kasus ini, rangsangan penyerbukan mungkin diperlukan. Pada Jeruk (Gbr. 2.33) satu biji memiliki 2-40 embrio, satu normal dan sisanya adventif, sebagian besar nucellar. Di Allium odorum, ada 5 embrio, semuanya dikembangkan dengan metode berbeda satu dari zigot, satu dari sinergid, 2 dari sel antipodal dan satu dari integumen ovula.

Pentingnya:

(i) Varietas hibrida memberikan hasil yang lebih tinggi dan lebih baik. Oleh karena itu, mereka lebih disukai. Sejumlah sereal dan sayuran ditanam dengan menggunakan benih hibrida. Namun, ada satu kelemahan utama. Benih hibrida harus diproduksi setiap tahun karena benih yang dikumpulkan dari tanaman hibrida, jika disemai kemudian, tidak mempertahankan karakter hibrida akibat segregasi ­sifat.

Produksi benih hibrida setiap tahunnya mahal sehingga meningkatkan biaya produksi tanaman. Hal ini dapat dihindari jika apomiksis dapat dimasukkan ke dalam benih hibrida. Apo ­mixis dikendalikan secara genetik. Oleh karena itu, para ilmuwan sibuk mengidentifikasi gen untuk apomixis agar dapat diperkenalkan pada varietas hibrida.

(ii) Embrio Adventif adalah klon yang lebih baik daripada stek.

(iii) Embrio yang terbentuk melalui apomiksis umumnya bebas dari infeksi.

Related Posts