Faktor Penting Yang Mengatur Pertumbuhan Tulang | Tubuh



Bacalah artikel ini untuk mempelajari tentang faktor nutrisi, hormonal, genetik, dan mekanis ­yang mengatur pertumbuhan tulang!

Nutrisi:Â

(a) Defisiensi vitamin A menyebabkan gangguan turban ­antara pembentukan dan penghancuran tulang, yang kemudian menjadi lambat.

Sumber Gambar: upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/78/3D_Male_Skeleton_Anatomy.png

Hal ini mengurangi ukuran tulang belakang ­dan foramen kranial, dengan kompresi akar saraf akhirnya. Vitamin A mengontrol aktivitas, distribusi, dan koordinasi osteoblas dan osteoklas. Konsentrasi vitamin A yang tinggi menyebabkan penghalusan dan resorpsi tulang.

(b) Defisiensi vitamin С mengganggu produksi matriks antar sel organik, kalsifikasi menjadi normal. Hal ini menyebabkan kekurangan produksi trabekula pada sisi diafisis ­kartilago epifisis dan pemisahan lempeng epifisis dapat terjadi.

(c) Kekurangan vitamin D—penting untuk penyerapan kalsium dan fosfor ­dari usus, dan mempertahankan konsentrasinya dalam plasma darah. Pada defisiensi vitamin D terjadi pengapuran matriks osteoid.

Pada anak-anak rakhitis karena kurang kalsifikasi, sel-sel tulang rawan ­lempeng epiphyseal tidak mati, dan lempeng menjadi tebal dan tidak teratur. Karena menahan beban, anak-anak rachitic mungkin bengkok. Jaringan osteoid dapat diendapkan di bawah periosteum metafisis, membentuk daerah metafisis yang menonjol.

Pada osteomalasia dewasa ­pemeliharaan pertumbuhan (sistem Haversian lama diganti dengan yang baru) dipengaruhi oleh pengapuran yang tidak sempurna.

(d) Disuse atrophy – Osteoporosis lokal dapat terjadi ketika anggota tubuh lumpuh atau tidak dapat digerakkan. Hal ini disebabkan kurangnya pemeliharaan pertumbuhan. Oleh karena itu, ­struktur tulang secara aktif berkaitan dengan fungsinya.

Hormonal:

(a) Kelenjar pituitari:

  1. Hipersekresi sel alfa sebelum pubertas, menyebabkan pertumbuhan persisten pada kartilago epifisis dengan akibat gigantisme.
  2. Hipersekresi setelah pubertas, menyebabkan ­deposisi tulang sub-periosteal baru di berbagai bagian tubuh, terutama di tangan, kaki, dan tengkorak.

Ini dikenal sebagai akromegali, yang merupakan ‘pembalikan tipe gorila’.

  1. Hipopituitarisme pada bayi menyebabkan kegagalan ­pertumbuhan normal tulang yang mengakibatkan kekerdilan.

(b) Paratiroid:

Hormon paratiroid dan kalsitonin sel Para folikuler kelenjar tiroid dengan aksi spesifiknya ­pada tulang sangat penting untuk mempertahankan dan mengatur konsentrasi ion kalsium plasma darah. Pada hipersekresi hormon paratiroid, kalsium dikeluarkan dari tulang dengan merangsang resorpsi osteoplastik. Hal ini menyebabkan penipisan tulang yang dikenal sebagai osteitis fibrosa.

(c) Testis:

Pengebirian selama masa pertumbuhan ­menyebabkan keterlambatan penyatuan epifisis. Hal ini menjelaskan anggota tubuh yang memanjang secara tidak proporsional yang sering menjadi ciri khas para kasim.

Faktor Genetik:

Chondrodystrophia foetalis-Di sini ­osifikasi endochondral gagal terjadi dengan benar. Tulang rawan terpengaruh, sedangkan tulang membran berkembang secara normal. Kondisi ini disebabkan oleh pewarisan autosomal dominan.

Faktor Mekanik:

Faktor ini sudah dibahas di bawah tekanan dan tekanan pada tulang. Perlu disebutkan ­bahwa gaya tarik membantu dalam pembentukan tulang, sedangkan gaya tekan mendukung resorpsi tulang.

Related Posts