Penggunaan Drosophila dalam Eksperimen Morgan untuk Genetika



Baca artikel ini untuk mempelajari tentang penggunaan drosophila dalam eksperimen Morgan dan kontribusi Morgan dalam genetika!

Thomas Hunt Morgan (bapak genetika eksperimental) memilih lalat buah Drosophila melanogaster (Jackpot Genetika) sebagai bahan percobaan meskipun berukuran kecil (ukuran 2mm) karena mengikuti keunggulan Drosophila dibandingkan Pea.

Sumber gambar: gutenberg.org/files/34368/34368-h/images/png67.jpg

(i) Mudah tersedia di atas buah Mangga/Pisang matang di mana ia memakan sel ragi yang ada di permukaan buah,

(ii) Lalat dapat dipelihara di dalam botol yang memiliki biakan ragi di atas media yang mengandung krim gandum, molase dan agar,

(iii) Generasi baru dapat dibesarkan dalam waktu 2 minggu dengan perkawinan tunggal menghasilkan ratusan individu,

(iv) Hewan dapat dinonaktifkan sementara ­dengan eter dan diperiksa dengan lensa tangan/mikroskop diseksi.

(v) Betina dapat dibedakan dari jantan dengan ukurannya yang lebih besar dan ovipositor di ujung belakang.

(vi) Hewan-hewan tersebut memiliki empat pasang kromosom ­dengan ukuran berbeda. Lalat jantan memiliki kromosom seks XY sedangkan betina memiliki kromosom XX. Kromosom Y berkait dan mudah dibedakan, (vii) Kromosom polytene terdapat pada kelenjar ludah larva yang dapat menunjukkan segala jenis kelainan,

(viii) Menanam Drosophila cukup murah. Selanjutnya, itu bisa dilakukan sepanjang tahun.

Kontribusi Morgan dalam Genetika:

Thomas Hunt Morgan (1866-1945), seorang ahli genetika Amerika dan pemenang Hadiah Nobel tahun 1933, dianggap sebagai Bapak Genetika Eksperimental untuk karyanya dan penemuan keterkaitan, persilangan, keterkaitan seks, pewarisan silang, peta keterkaitan, mutabilitas gen, dll. Ia disebut manusia lalat genetika karena memilih lalat buah (Drosophila melanogaster) sebagai bahan penelitian dalam percobaan genetika. Sebagian besar karena bukunya, “The Theory of Gene”, genetika diterima sebagai cabang biologi yang berbeda.

(1) Ia menemukan dasar variasi karena reproduksi seksual.

(2) Dia (1910) menemukan pertalian dan membedakan gen yang tertaut dan tidak tertaut.

(3) Morgan dan Castle (1911) mengusulkan Teori Keterkaitan Kromosom yang menunjukkan bahwa gen terletak di dalam kromosom dan tersusun dalam urutan linier. Kekuatan keterkaitan antar gen meningkat dengan berkurangnya jarak antar gen.

(4) Dia mengajukan hipotesis tipe kiasma yang menunjukkan bahwa kiasmata menyebabkan persilangan.

(5) Morgan dan Sturtevant (1911) menemukan bahwa frekuensi persilangan (rekombinasi) antara dua gen yang terhubung berbanding lurus dengan jarak antara keduanya. 1% rekombinasi dianggap sama dengan 1 centi Morgan (cM) atau 1 unit peta.

(6) Dia mengerjakan warisan terkait seks. Morgan melaporkan Drosophila jantan bermata putih dalam populasi lalat bermata merah dan membuktikan bahwa gen warna mata terletak pada kromosom X. Laki-laki mewariskan gen pada kromosom X kepada anak perempuan sedangkan anak laki-laki mendapatkan gen pada kromosom X dari perempuan (ibu). Ini disebut silang-silang ­warisan.

(7) Dia memberikan teori pewarisan gen dan menyarankan bahwa gen tertentu ­diasosiasikan dengan kromosom tertentu.

(8) Dia menghasilkan murid-murid seperti Sturtevant, Bridges dan Muller.

Related Posts