Bambu dan Budaya Jepang – Bahasa



Kata Jepang untuk “bambu” adalah “ambil”.

Bambu dalam Budaya Jepang

Bambu adalah tanaman yang sangat kuat. Karena struktur akarnya yang kokoh, itu adalah simbol kemakmuran di Jepang. Selama bertahun-tahun, orang disuruh lari ke rumpun bambu jika terjadi gempa, karena struktur akar bambu yang kuat akan menahan bumi. Sederhana dan tanpa hiasan, bambu juga melambangkan kesucian dan kepolosan. “Take o watta youna hito” secara harfiah diterjemahkan menjadi “pria seperti bambu yang baru dibelah” dan mengacu pada pria dengan sifat jujur.

Bambu muncul dalam banyak cerita kuno. “Taketori Monogatari (Kisah Pemotong Bambu)” juga dikenal sebagai “Kaguya-hime (Putri Kaguya)” adalah sastra naratif tertua dalam aksara kana, dan salah satu kisah yang paling dicintai di Jepang. Ceritanya tentang Kaguya-hime, yang ditemukan di dalam batang bambu. Seorang pria dan wanita tua membesarkannya dan dia menjadi wanita cantik. Meski banyak pria muda melamarnya, dia tidak pernah menikah. Akhirnya pada suatu malam saat bulan purnama, dia kembali ke bulan, karena itu adalah tempat kelahirannya.

Bambu dan sasa (rumput bambu) digunakan di banyak festival untuk menangkal kejahatan. Pada Tanabata (7 Juli), orang menuliskan keinginan mereka pada secarik kertas dengan berbagai warna dan menggantungnya di sasa. Klik tautan ini untuk mempelajari lebih lanjut tentang Tanabata.

Arti Bambu

“Ambil ni ki o tsugu” (menyatukan bambu dan kayu) identik dengan ketidakharmonisan. “Yabuisha” (“yabu” adalah rumpun bambu dan “isha” adalah seorang dokter) mengacu pada dokter yang tidak kompeten (dukun). Meskipun asalnya tidak jelas, itu mungkin karena seperti daun bambu yang berdesir ditiup angin sepoi-sepoi, seorang dokter yang tidak kompeten membuat pekerjaan besar bahkan untuk penyakit yang paling ringan sekalipun. “Yabuhebi” (“hebi” adalah ular) berarti menuai nasib buruk dari tindakan yang tidak perlu. Itu berasal dari kemungkinan menusuk semak bambu bisa menyiram ular. Ini adalah ungkapan yang mirip dengan, “biarkan anjing tidur berbohong.”

Bambu ditemukan di seluruh Jepang karena iklim yang hangat dan lembap sangat cocok untuk pembudidayaannya. Ini sering digunakan dalam konstruksi dan kerajinan tangan. Shakuhachi, merupakan alat musik tiup yang terbuat dari bambu. Tauge bambu (takenoko) juga telah lama digunakan dalam masakan Jepang.

Pinus, bambu, dan prem (sho-chiku-bai) adalah kombinasi keberuntungan yang melambangkan umur panjang, tahan banting, dan vitalitas. Pinus melambangkan umur panjang dan daya tahan, dan bambu melambangkan kelenturan dan kekuatan, dan plum melambangkan semangat muda. Trio ini sering digunakan di restoran sebagai nama untuk tiga tingkat kualitas (dan harga) penawarannya. Ini digunakan sebagai pengganti secara langsung menyatakan kualitas atau harga (misalnya kualitas tertinggi adalah pinus). Sho-chiku-bai juga digunakan untuk nama merek sake (alkohol Jepang).

Kalimat Minggu Ini

Bahasa Indonesia: Shakuhachi adalah alat musik tiup yang terbuat dari bambu.

Bahasa Jepang: Shakuhachi wa take kara tsukurareta kangakki desu.

Tata bahasa

“Tsukurareta” adalah bentuk pasif dari kata kerja “tsukuru”. Ini contoh lainnya.

Bentuk pasif dalam bahasa Jepang dibentuk oleh perubahan akhiran kata kerja.

Kata kerja-U (kata kerja Grup 1): ganti ~u dengan ~areru

  • kaku — kakareru
  • kiku — kikareru
  • nomu — nomareru
  • omou — omowareru

Kata kerja-ru (kata kerja Grup 2): ganti ~ru dengan ~rareru

  • taberu—taberareu
  • miru—mirareru
  • deru—derareru
  • hairu — hairareru

Kata kerja tidak beraturan (kata kerja Kelompok 3)

  • kuru—korareru
  • suru—sareru

Gakki berarti alat musik. Berikut adalah macam-macam alat musik.

  • Kangakki—alat musik tiup
  • Gengakki—alat musik petik
  • Dagakki—instrumen perkusi
  • ambil – bambu
  • kangakki—alat musik tiup
  • Wain wa budou kara tsukurareru. — Anggur terbuat dari buah anggur.
  • Kono ie wa renga de tsukurareteiru. — Rumah ini terbuat dari batu bata.

Related Posts