Bangunan Model dalam Geografi Pertanian



Sejak Perang Dunia Kedua, para ahli geografi semakin berkonsentrasi ­pada tema dan pendekatan paradigma, pembangunan model, teori dan pembuatan hukum untuk generalisasi geografis. Ini juga dikenal sebagai ‘membangun model’. Istilah ‘model’ telah didefinisikan secara berbeda oleh ahli geografi dan ilmuwan sosial yang berbeda.

Menurut Skilling (1964), model adalah “baik teori, hukum, hipotesis, atau ide terstruktur”. Paling penting dari sudut pandang geografis, itu juga dapat ­mencakup penalaran tentang dunia nyata (lanskap fisik dan budaya) melalui hubungan dalam ruang atau waktu. Itu bisa berupa peran, hubungan atau persamaan.

Menurut Ackoff, model dapat dianggap sebagai presentasi formal teori atau hukum dengan menggunakan alat logika, teori himpunan, dan matematika. Menurut Haines-Young dan Petch, “ ­perangkat atau mekanisme apa pun yang menghasilkan prediksi adalah model”.

Karenanya ­, seperti eksperimen dan observasi, pemodelan hanyalah aktivitas yang memungkinkan teori diuji dan diperiksa secara kritis. Saat ini sebagian besar ahli geografi telah memahami model sebagai representasi realitas yang diidealkan atau disederhanakan (lanskap geografis dan hubungan manusia-alam).

Signifikansi Model Pertanian:

Geografi pertanian berkaitan dengan distribusi spasial kegiatan pertanian ­. Lanskap pertanian di wilayah mana pun, bagaimanapun, kompleks dan tidak dapat dipahami dengan mudah. Karena kondisi geo-klimat dan sosial ekonomi bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, ada keragaman besar dalam kegiatan pertanian. Tujuan dasar model pertanian adalah untuk menyederhanakan mozaik pertanian yang kompleks agar lebih mudah untuk diselidiki. Dengan demikian, model pertanian adalah alat yang memungkinkan pengujian hipotesis dan teori. Singkatnya, ini adalah perangkat prediksi.

Pemodelan dalam Geografi Pertanian dilakukan karena Alasan Berikut:

  1. Pendekatan berbasis model seringkali merupakan satu-satunya cara yang mungkin untuk mencapai segala jenis kuantifikasi untuk pengukuran formal dari fenomena yang tidak teramati atau tidak teramati.
  2. Model membantu dalam estimasi, peramalan, simulasi, interpolasi, dan pembuatan data. Penggunaan lahan di masa depan, pola tanam ­, kombinasi tanaman, dan tingkat komersialisasi dan keberlanjutan pertanian dapat ditentukan dengan bantuan model pertanian.
  3. Model membantu dalam menggambarkan, menganalisis, dan menyederhanakan sistem geografis. Teori lokasi, zonasi ­penggunaan lahan pertanian dapat dengan mudah dipahami dan diprediksi dengan bantuan model.
  4. Luasnya data pertanian semakin meningkat seiring berjalannya waktu yang semakin sulit ­dipahami. Pemodelan diambil untuk menyusun, mengeksplorasi, mengatur dan menganalisis data melalui pola diskriminatif dan korelasi.
  5. Model pertanian membantu dalam meningkatkan pemahaman tentang mekanisme sebab-akibat, hubungan antara sifat mikro dan makro dari suatu sistem dan lingkungan.
  6. Model menyediakan kerangka kerja di mana pernyataan teoretis ­dapat direpresentasikan secara formal dan validitas empirisnya kemudian dapat diperiksa dengan cermat.
  7. Pemodelan menyediakan ekonomi linguistik. Misalnya, d = −d 2 /n adalah model matematika ringkas yang jika dideskripsikan akan mencakup sebuah paragraf. Dengan demikian, semua model, terutama model matematika, menghemat bahasa.
  8. Model membantu memeras informasi maksimal dari data yang tersedia.
  9. Model menggoda kita untuk merumuskan hipotesis dan membantu dalam membuat generalisasi.
  10. Model membentuk batu loncatan untuk membangun teori dan hukum. Teori dan hukum merangsang untuk menyelidiki lebih banyak dan melakukan lebih banyak penelitian.

Related Posts