Pembatasan ­Kawasan Pertanian (Teknik)



Karena batas-batas wilayah pertanian bersifat peralihan dan bukan garis pemisah yang tajam, batas-batasnya yang tepat merupakan tugas yang sulit.

Teknik utama yang digunakan oleh ahli geografi untuk delimitasi ­wilayah pertanian adalah:

(i) Teknik empiris,

(ii) Teknik elemen tunggal,

(iii) Teknik multi-elemen (statistik),

(iv) Teknik kuantitatif-sekaligus-kualitatif, dan

1. Teknik Empiris:

Teknik empiris sebagian besar didasarkan pada pengalaman para petani dan fakta-fakta yang diamati. Baker adalah ahli geografi pertama yang mengadopsi teknik empiris dan membatasi sabuk pertanian AS. Sabuk Kapas, Sabuk Jagung, dan Sabuk Gandum Amerika Serikat dibatasi berdasarkan data yang diamati. Daerah yang dominan jagung ditandai sebagai Sabuk Jagung.

ini ­memberikan gambaran umum pola tanam dan cenderung overgeneralisasi. Dengan mengadopsi teknik empiris, Jonasson, Jones, Taylor, Valkenberg, dan Cressay membatasi wilayah pertanian di berbagai bagian bumi. Namun, teknik ini dikritik karena kurang objektif dan relatif tidak ilmiah.

2. Teknik Elemen Tunggal:

Ini adalah teknik sewenang-wenang di mana satu elemen ­lanskap pertanian dipertimbangkan. Dalam teknik ini posisi relatif dari berbagai perusahaan pertanian dipertimbangkan. Demarkasi wilayah beras, gandum, dan bajra di India berdasarkan tanaman peringkat pertama merupakan ilustrasi dari teknik ini (Gambar 7.1). Kelemahan utama dari teknik ini adalah menyembunyikan posisi dan pentingnya tanaman lain yang ditanam di wilayah tersebut.

Dengan kata lain, itu mengarah pada generalisasi yang berlebihan. Demarkasi Punjab sebagai wilayah gandum dan Uttar Pradesh barat sebagai sabuk tebu menyembunyikan pentingnya beras dan tanaman komersial lainnya yang juga ditanam di wilayah ini. Dengan demikian, teknik ini menggambarkan situasi pertanian secara tidak memadai karena tanaman umumnya tidak ditanam secara terpisah. Analisis kombinasi tanaman lebih penting daripada tanaman tunggal/ ­daerah terprise.

3. Multi-elemen atau Teknik Statistik:

Teknik multi elemen merupakan penyempurnaan dari teknik regionalisasi pertanian empiris dan elemen tunggal. Dalam kombinasi teknik statistik dari fitur yang terkait erat dipertimbangkan. Kombinasi tanaman dan daerah ternak ­yang dibatasi oleh Weaver, Doi dan Coppock adalah contoh dari metodologi ini.

Keuntungan utama dari teknik multi elemen adalah bebas dari bias dan tidak menyembunyikan berbagai ­fenomena agrikultur yang mungkin signifikan dalam proses pengambilan keputusan petani. Dengan tidak adanya data yang dapat diandalkan, teknik ini mungkin tidak menggambarkan realitas dasar lanskap pertanian suatu wilayah.

Di negara-negara berkembang, ada kekurangan ­data pertanian yang dapat diandalkan. Akibatnya, wilayah pertanian yang digambarkan dengan bantuan data yang tidak autentik pasti akan mengarah pada hasil yang salah. Namun, tidak tersedianya data yang andal bukanlah kelemahan dari teknik multi-elemen. Nyatanya, hasil yang lebih baik dan wilayah pertanian yang bijaksana telah dibatasi dengan bantuan teknik ini di negara-negara maju di dunia.

4. Teknik Kuantitatif-cum-Kualitatif:

Untuk demarkasi wilayah pertanian, baik faktor fisik (ter ­hujan, lereng, suhu, curah hujan, tanah, dll.), sosial (penyewa tanah, ukuran kebun dan ladang, agama, adat istiadat, dll.) dan ekonomi (penanaman modal , pemasaran, penyimpanan, dll.) dipertimbangkan, teknik seperti ini dikenal sebagai teknik regionalisasi pertanian kuantitatif-cum-kualitatif. Daerah pertanian pada umumnya adalah daerah yang memiliki homogenitas tanaman dan ternak. Teknik ini telah diterapkan oleh Baker (1926), Whittlesey (1936) dan Carol (1952).

14 faktor utama yang harus dipertimbangkan ­untuk demarkasi daerah pertanian meliputi enam faktor fisik, yaitu relief, iklim, air, tanah, lapisan tanah bawah dan vegetasi alami; dua budaya, yaitu vegetasi budaya dan struktur budaya; dan enam fungsional, yaitu, populasi pedesaan, tahap budaya dan teknologi, operasi pertanian, organisasi untuk menyediakan barang ekonomi dan budaya bagi penduduk pedesaan, dan perdagangan.

Tidak tersedianya data yang dapat diandalkan tentang berbagai aspek ­budaya pertanian di sebagian besar wilayah bumi merupakan kendala utama dalam penerapan teknik multi-aspek untuk regionalisasi pertanian. Terlepas dari beberapa keterbatasan, teknik kualitatif-cum-kualitatif telah diadopsi oleh para ahli geografi untuk penentuan batas wilayah pertanian pada tingkat makro, meso, dan mikro.

Akan tetapi, para ahli geografi pertanian tidak dapat mengembangkan teknik regionalisasi pertanian yang dapat diterima secara universal dan yang dapat membantu dalam memahami pertanian di tingkat lokal, regional, nasional dan internasional.

Related Posts