Tindakan yang Disarankan oleh Komite Swaminathan untuk Mengontrol Populasi di India



Tindakan yang Disarankan oleh Komite Swaminathan untuk Mengontrol Populasi di India!

Rancangan kebijakan yang diajukan oleh Komite Swaminathan menyarankan pendekatan holistik terhadap kesehatan dan beberapa perubahan struktural untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut.

Langkah-langkah penting yang disarankan oleh Komite ini adalah:

(1) Menstabilkan populasi dengan mencapai angka fertilitas total 2,1 pada tahun 2010 Masehi

(2) Melaksanakan program kebutuhan minimum yang cepat dan efektif.

(3) Mengganti program kesejahteraan keluarga yang berstruktur vertikal saat ini dengan perencanaan demokratis yang terdesentralisasi melalui panchayat, nagar palika, dan badan legislatif negara bagian.

(4) Meniadakan gagasan penetapan tar ­get untuk penggunaan metode kontrasepsi tertentu oleh pemerintah pusat dan negara bagian, kecuali tujuan untuk mencapai rata-rata angka fertilitas nasional.

(6) Menghentikan pemberian insentif dalam bentuk uang atau barang kepada pengguna dan motivator kontrasepsi. Sebaliknya, Dana Pembangunan Kependudukan dan Sosial dapat dibentuk dari dana yang tersedia dari pemerintah dan lembaga donor internasional. Dana ini akan digunakan untuk mengisi kesenjangan dalam ­implementasi yang efektif dari piagam sosial-demografis tingkat desa, kota, kabupaten dan negara bagian.

(7) Menunjuk Komisi Kependudukan dan Pembangunan Sosial Negara untuk merencanakan, melaksanakan dan memantau ­kebijakan kependudukan negara. Sub-komite PSDC juga akan dibentuk di tingkat negara bagian, distrik dan panchayat yang terdiri dari perwakilan terpilih dari orang-orang dari berbagai partai politik, profesional, perwakilan LSM dan organisasi perempuan dan pemuda.

(8) Sayangnya, Keluarga Berencana telah menjadi tanggung jawab perempuan saja. Dengan demikian, ada kebutuhan yang jelas untuk memeriksa tren ini dengan menempatkan seluruh ­tanggung jawab untuk pembatasan keluarga pada perempuan.

Beberapa tujuan sosial-ekonomi dan medis yang ditetapkan oleh Komite di bidang kesejahteraan penduduk untuk membentuk bagian penting dari kebijakan kependudukan nasional adalah:

(i) Mengurangi kejadian perkawinan anak perempuan ­dari usia 18 tahun menjadi nol;

(ii) Meningkatkan persentase persalinan yang dilakukan oleh tenaga terlatih hingga 100 persen;

(iii) Menurunkan angka kematian bayi dan ibu;

(iv) imunisasi universal anak terhadap tuberkulosis, polio, difteri, batuk rejan, tetanus dan ­campak;

(v) Penyediaan perawatan kesehatan primer untuk semua;

(vi) Memberikan informasi kepada individu tentang metode pembatasan kelahiran sehingga mereka memiliki pilihan penuh dalam merencanakan keluarga mereka;

(vii) Menyediakan dan ­mengakses layanan kontrasepsi berkualitas secara universal; dan

(vii) Universalisasi pendidikan dasar.

Namun, banyak ahli yang mengkritik rekomendasi komite ini dan menyarankan agar rekomendasi tersebut ditolak mentah-mentah.

Argumen utama mereka adalah:

(1) Laporan kurang mendalam analisis, justifikasi ­dan urgensi. Pendekatan yang disarankan adalah murni manajerial dan strategi yang ditunjukkan paling-paling merupakan pengulangan pepatah gagal bahwa ‘pengembangan adalah kontrasepsi terbaik’.

(2) Kebutuhan minimum tidak ada ­hubungannya dengan pengendalian jumlah penduduk. Bagaimana mungkin semua tujuan, yang tidak dapat dicapai dalam empat dekade terakhir meskipun sembilan Rencana Lima Tahun dan tiga belas pemilihan umum dengan semua janji politik, dapat dicapai pada tahun 2010 M dan lebih lagi ketika populasi kita telah melewati 100? crore (tahun 1999) dengan sekitar 32 crore masih di bawah garis kemiskinan?

(3) Komisi kependudukan yang berorientasi politik tidak akan efektif.

(4) Panitia belum merekomendasikan disinsentif bagi pelanggar norma KB. Committer Karunakaran telah mengusulkan pengenalan disinsentif-meskipun tidak populer-untuk membuat program KB lebih efektif dan cepat. Salah satu program semacam itu diperkenalkan oleh Pemerintah Rajasthan ­yang menurutnya tidak ada individu yang dapat ikut serta dalam pemilihan apa pun jika dia memiliki lebih dari tiga anak. Namun, program ini hanya ada di atas kertas. Itu masih harus dipraktikkan.

(5) Laporan tersebut tidak menjelaskan mengapa kita gagal ­mengendalikan pertumbuhan populasi kita yang cepat, meskipun program kependudukan telah berlangsung di India tanpa henti sejak 1951. Apakah kegagalan ini karena kelemahan dalam pengaturan administratif atau karena kebijakan yang salah? atau implementasi yang salah atau terlambat? Ini adalah masalah mendasar yang diabaikan oleh laporan tersebut. Tanpa analisis ini, perubahan struktural yang diusulkan dalam laporan mungkin tidak relevan.

(6) Rintangan terbesar dalam keberhasilan pengendalian populasi di India adalah sikap apatis politik, tetapi Komite tidak menganggap penting aspek ini. Para pemimpin politik ­harus berani memberlakukan langkah-langkah legislatif yang mungkin berfokus pada urgensi masalah ini.

Menolak promosi, melarang memegang jabatan yang dipilih, tidak memberikan tunjangan reservasi, menolak pinjaman bank, dll., kepada mereka yang tidak menjalankan norma keluarga kecil dua ­anak bisa menjadi beberapa disinsentif yang ditimbulkan melalui undang-undang.

Related Posts