Adaptasi Simpanse-



Simpanse, kera besar yang berasal dari Afrika, mewakili kerabat terdekat yang masih hidup dengan manusia. Faktanya, simpanse dan manusia berbagi 96 persen urutan DNA mereka. Simpanse menggunakan sejumlah adaptasi khusus untuk bertahan hidup di antara pepohonan dan di tanah. Adaptasi ini berkisar dari lokomotif hingga sosial hingga genetik.

TL;DR (Terlalu Panjang; Tidak Dibaca)

Simpanse menampilkan sejumlah adaptasi untuk membantu mereka bertahan hidup. Beberapa adaptasi ini termasuk ibu jari yang berlawanan, adaptasi lokomotif, indera tajam, otak besar, pembuatan dan penggunaan alat, komunitas sosial yang kompleks, dan adaptasi genetik terhadap lingkungannya.

Jempol yang berlawanan

Seperti manusia, simpanse memiliki tangan dengan empat jari dan jempol yang berlawanan. Jempol ini memungkinkan simpanse untuk menggenggam dan memanjat pohon. Simpanse juga menggunakan tangan terampil mereka untuk merawat satu sama lain. Jempol yang berlawanan memberi simpanse kemampuan untuk membuat dan menggunakan alat juga.

Adaptasi Lokomotif

Simpanse memiliki lengan yang panjang sebanding dengan kaki mereka. Lengan panjang menyediakan sarana bagi simpanse untuk memanjat dan berayun di dahan. Adaptasi ini disebut gerak tungkai depan-suspensori. Kaki yang lebih pendek bekerja dengan baik di tanah untuk berjalan, berlari, dan bahkan berdiri, tetapi simpanse tidak berkaki dua seperti manusia. Mereka berjalan dengan buku jari dan kaki mereka sebagai hewan berkaki empat; tungkai belakang mereka memberikan sebagian besar dukungan untuk massa tubuh mereka. Tungkai belakang ini juga memberikan daya dorong simpanse. Simpanse tidak memiliki ekor, memungkinkan mereka untuk duduk dengan mudah.

Adaptasi Sensorik

Seperti manusia, simpanse memiliki penglihatan yang tajam. Mereka juga memiliki indra penciuman dan pendengaran yang baik. Semua adaptasi sensorik memungkinkan simpanse untuk tetap waspada terhadap pemangsa dan mencari makanan mereka.

Otak Besar

Mungkin adaptasi simpanse yang paling luar biasa adalah otak mereka yang lebih besar dibandingkan dengan ukuran tubuhnya. Adaptasi ini memberi mereka kecerdasan yang luar biasa. Simpanse bahkan mengenali bayangan cermin mereka sendiri. Pelajar mahir, simpanse dapat mengikuti instruksi dan membuat alat mereka sendiri. Simpanse juga memiliki jenis neuron khusus di otaknya, seperti manusia, yang terkait dengan pengambilan keputusan.

Penggunaan Alat

Simpanse termasuk dalam kelompok kecil primata yang membuat dan menggunakan alat mereka sendiri. Mereka membuat tongkat celup khusus untuk makanan seperti rayap, semut dan madu. Simpanse juga menggunakan ranting untuk tusuk gigi dan menggunakan batu sebagai palu untuk membuka kacang. Kadang-kadang simpanse menggunakan batu sebagai senjata dalam permainan berburu atau dalam agresi terhadap simpanse lainnya. Simpanse dewasa melatih anaknya untuk membuat dan menggunakan alat tersebut. Satu perbedaan menarik dalam konstruksi alat simpanse adalah pemanjangan alat. Penggunaan alat yang dipelajari di antara beberapa populasi simpanse berlangsung selama beberapa generasi.

Adaptasi Kelompok Sosial

Simpanse beradaptasi untuk membentuk komunitas yang sangat sosial untuk bertahan hidup, yang terdiri dari komunitas besar yang dipecah menjadi sejumlah subkelompok yang lebih kecil. Persaingan dan kerja sama dihasilkan dari kecerdasan mereka. Simpanse memanipulasi, menipu, mengendalikan emosi mereka dan aktif terlibat dalam lingkungan sosial yang kompleks. Betina dewasa mewariskan pengetahuan yang dipelajari kepada anaknya, seperti makanan apa yang aman untuk dimakan dan cara memecahkan kacang. Simpanse jantan dewasa berburu monyet dan bermain dalam kelompok kooperatif. Mereka juga menyediakan keamanan batas.

Kemampuan berkomunikasi

Simpanse memiliki wajah yang sangat ekspresif dan mengadopsi posisi tubuh tertentu berdasarkan keadaan sosial. Mereka dengan cepat menyampaikan informasi penting melalui sarana visual atau vokal. Ekspresi seperti menyeringai dan cemberut menyampaikan arti yang berbeda, memperingatkan simpanse lain tentang fitur atau potensi ancaman di lingkungan mereka. Berbagai gerakan tubuh menyampaikan informasi tentang dominasi, kegembiraan, dan agresi. Vokalisasi seperti seruan, dengusan, dan jeritan menyampaikan perasaan yang berbeda selama makan, bepergian, dan berinteraksi dengan simpanse lain.

Adaptasi Genetik terhadap Lingkungan

Di Kamerun tengah, para ilmuwan menemukan tiga populasi simpanse yang berbeda. Setiap populasi beradaptasi dengan berbagai aspek lingkungannya sehingga perubahan terjadi pada tingkat genetik. Perbedaan genetik tumbuh hingga memisahkan populasi ini menjadi subspesies. Mengingat statusnya yang terancam, kelompok simpanse ini terbukti sangat sensitif terhadap hilangnya habitat. Hal ini menunjukkan pentingnya konservasi untuk melestarikan primata unik ini.

sfmorris/iStock/GettyImages

Related Posts