Apa Pengaruh Limbah Non-Biodegradable?-



Salah satu efek samping dari kemajuan teknologi adalah ketidakmampuan alam untuk menguraikan zat-zat yang diciptakan manusia. Misalnya, polietilena yang digunakan dalam tas belanja tidak dapat terurai secara hayati – tidak dapat terurai secara alami di tempat pembuangan sampah. Limbah non-biodegradable dapat bertahan selama berabad-abad dan menyebabkan masalah lingkungan yang mempengaruhi lebih dari sekedar tanah.

TL;DR (Terlalu Panjang; Tidak Dibaca)

Sampah non-biodegradable duduk di tempat pembuangan sampah – atau sebagai sampah di hutan, taman, sungai dan sungai. Itu juga menyapu laut dan samudera, di mana ia memiliki efek yang menghancurkan pada satwa liar laut.

Biodegradasi: Mikroorganisme Bekerja

Ketika sesuatu dapat terurai secara hayati, tanah, udara, atau uap air menguraikannya sehingga menjadi bagian dari tanah. Bakteri, jamur, dan pengurai lainnya memecah organisme mati dalam proses alami yang mencegah material mati menutupi planet ini. Sementara sebagian besar zat yang dapat terurai secara hayati terdiri dari bahan hewan atau tumbuhan, manusia dapat membuat produk yang terurai, seperti karton telur dan kantong kertas. Jika sebuah perusahaan memproduksi plastik biodegradable, pengurai memecah molekul organik kompleks plastik menjadi senyawa anorganik yang lebih sederhana. Pada bulan Mei 2014, ilmuwan Stanford University dan Mango Materials bekerja sama untuk mengembangkan plastik biodegradable yang terbuat dari limbah gas metana.

Efek pada Kehidupan Laut

Wadah plastik non-biodegradable di lautan dan muara dapat membahayakan ikan, burung laut, dan biota laut lainnya. Hewan yang memakan plastik bisa tercekik atau mengalami gangguan pencernaan. Mikroplastik, potongan kecil polipropilena atau polietilen, bersembunyi di bawah air dan menimbulkan risiko juga. Pada September 2014, para peneliti Institut Ilmu Kelautan Virginia sedang mengembangkan manik-manik mikro yang dapat terurai secara hayati yang terurai ketika mikroba di air laut mengkonsumsinya.

Efek pada Tanah

Planet ini memiliki jumlah tanah yang terbatas, dan orang-orang menyia-nyiakannya saat membuang bahan yang tidak dapat terurai secara hayati. Produk yang tidak terurai secara alami dapat berada di tempat pembuangan sampah dan memakan tempat lebih lama dari bahan biodegradable. Ketika orang membuang sampah sembarangan, beberapa sampah non-biodegradable bahkan mungkin tidak masuk ke tempat pembuangan sampah. Sebaliknya, itu mungkin masuk ke hutan, taman, ladang, dan laut. Styrofoam, juga dikenal sebagai polystyrene berbusa, adalah zat yang tidak dapat terurai secara hayati yang dapat menyebabkan masalah lingkungan ketika menjadi sampah. Misalnya, stirena, racun saraf pada dosis tinggi, dapat larut dari bahan polistiren saat suhu naik.

Efek samping dari limbah biodegradable

Sementara manusia, hewan, dan lingkungan mendapat manfaat dari biodegradasi, hal itu dapat menyebabkan beberapa masalah. Terlalu banyak limbah biodegradable dalam persediaan air dapat menghabiskan oksigennya. Selain itu, beberapa jenis limbah yang dapat terurai secara hayati, seperti kotoran ternak, dapat menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan jika diproduksi terlalu banyak.

elementals/iStock/GettyImages

Related Posts