Bagaimana Deforestasi Mempengaruhi Lanskap?-



Deforestasi biasanya merupakan efek samping dari aktivitas manusia seperti penebangan, pertanian atau pengembangan lahan. Ini dapat memiliki efek yang signifikan pada ekosistem lokal, mulai dari memberi tekanan lebih lanjut pada spesies yang sudah terancam hingga merusak tanah tempat pohon pernah berdiri. Karena pohon mendukung kehidupan organisme yang tak terhitung jumlahnya dan memainkan peran utama dalam menjaga stabilitas suatu wilayah, penebangan pohon memiliki dampak yang luas.

Spesies Paling Rentan di Lanskap

Deforestasi dan aktivitas manusia yang menyertainya dapat memiliki dampak terbesar pada spesies yang paling rentan di suatu wilayah. Sebagai contoh, sebuah studi tahun 2013 menemukan bahwa populasi harimau di bagian pulau Sumatera di Indonesia sangat dipengaruhi oleh deforestasi lokal yang parah yang terjadi di sana. Studi tersebut berfokus pada provinsi Riau di Sumatera, yang memiliki “salah satu tingkat deforestasi global tertinggi,” kata para penulis dalam laporan mereka. Dengan menggunakan kamera jebak dan metode estimasi spasial yang diterima secara luas, tim ilmuwan Amerika dan Indonesia menemukan bahwa kepadatan populasi harimau di berbagai bagian provinsi jauh “lebih rendah daripada kebanyakan perkiraan sebelumnya di bagian lain Sumatera.” Mereka menambahkan bahwa populasi harimau di dekat Taman Tesso Nilo, di mana aktivitas manusia telah dikurangi dengan tindakan hukum, jauh lebih padat dan lebih stabil.

Deforestasi dan Kualitas Tanah

Tanah lanskap juga sangat terpengaruh oleh penebangan pohon dalam skala besar. Kurangnya pohon merampas tanah dari bahan organik yang membusuk yang akhirnya terurai menjadi kotoran baru. Sebuah studi tahun 1994 dari para peneliti Iran yang mengevaluasi efek penggundulan hutan pada sifat fisik dan kimia tanah di wilayah Lordegan Iran menemukan 50 persen penurunan bahan organik dan nitrogen total untuk tanah dari area yang digunduli dibandingkan dengan tanah hutan yang tidak terganggu. Mereka juga menemukan tanah dari kawasan gundul memiliki koefisien indeks kemiringan yang lebih rendah, yang berarti sekarang kurang cocok untuk ditanami tanaman. Tim peneliti Iran dari Universitas Teknologi Isfahan menyimpulkan bahwa penggundulan hutan “mengakibatkan kualitas tanah yang lebih rendah, sehingga menurunkan produktivitas tanah alami.”

Dampak Iklim Lokal

Sementara sebagian besar model iklim didasarkan pada asumsi lanskap yang seragam dan mandiri, deforestasi sering terjadi sebagai tambal sulam, dengan beberapa bagian atau hutan tumbang sementara yang lain tetap ada. Menurut pengamatan NASA, sebagian area yang gundul dapat menjadi “pulau panas†yang meningkatkan konveksi udara yang mengarah pada pembentukan awan dan curah hujan. Ini cenderung berkonsentrasi pada pembukaan. Meskipun saat ini tidak diketahui apakah peningkatan curah hujan lokal berlanjut seiring deforestasi di suatu wilayah berlangsung, NASA berspekulasi bahwa model iklim yang lebih canggih dapat dikembangkan untuk menentukan efek iklim lokal dari sebagian lanskap yang digunduli.

Deforestasi dan Penyerapan Karbon

Penyerapan karbon adalah bagian penting dari siklus karbon, di mana pohon dan tumbuhan lain mengambil karbon dioksida untuk proses metabolismenya, sehingga pohon membantu mengatur jumlah karbon dioksida di atmosfer bumi. Ketika pohon ditebang dengan api, tidak hanya kapasitas hutan untuk menyerap karbon dari atmosfer berkurang – tetapi juga mengirim kembali karbon dari pohon yang terbakar ke atmosfer. Menurut sebuah studi tahun 2013 dari tim ilmuwan Amerika, reboisasi sebenarnya meningkatkan jumlah karbon yang terserap di tanah di bawah pepohonan — menunjukkan bahwa penggundulan hutan menurunkan jumlah karbon yang terserap di dalam tanah. Di salah satu lanskap hutan yang telah dibuka untuk pertambangan, tim peneliti menemukan bahwa jumlah karbon tanah meningkat hampir dua kali lipat dalam dua dekade setelah aktivitas dihentikan — dan terus meningkat dua kali lipat setiap dekade sejak saat itu.

Gambar Thinkstock/Stockbyte/Getty

Related Posts