Degradasi Ekosistem di Filipina-



Filipina adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dan endemisme, dengan banyak sumber daya alam yang berkontribusi terhadap ekonomi dan masyarakat lokal. Garis pantai dan habitat pesisirnya sangat penting, dengan perikanan, pertanian, dan industri semuanya bergantung pada saluran air dan lingkungan laut negara tersebut. Ancaman terhadap hilangnya habitat dan keanekaragaman hayati berasal dari berbagai praktik, termasuk pembukaan lahan, penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan, dan polusi.

Hilangnya Tutupan Hutan

Antara tahun 2000 dan 2005, Filipina kehilangan lebih dari dua persen tutupan hutannya dalam setahun. Ini adalah tingkat tertinggi kedua di Asia Tenggara. Pada tahun 2005 diperkirakan hanya tersisa tiga persen dari hutan primer. Deforestasi yang cepat mengakibatkan berbagai ancaman terhadap ekosistem, termasuk hilangnya keanekaragaman hayati, erosi tanah, banjir, tanah longsor dan penurunan kualitas air. Hutan terancam oleh pertambangan komersial dan penebangan.

Degradasi Terumbu Karang

Filipina adalah pusat global untuk keanekaragaman hayati garis pantai laut. Pengumpulan dan ekspor ilegal karang dan ikan karang hidup telah mengakibatkan efek merugikan yang signifikan terhadap keanekaragaman hayati, kondisi terumbu karang, tutupan rumput laut, dan jumlah ikan. Hanya 5 persen terumbu yang mempertahankan lebih dari 75 persen tutupan karang hidup. Praktek penangkapan ikan yang merusak meliputi penangkapan ikan berlebihan, penangkapan ikan pukat, penangkapan ikan dengan dinamit dan penangkapan ikan dengan sianida, di mana sianida dilarutkan dalam air dan disemprotkan ke terumbu karang, sementara ancaman lain datang dari polusi dan erosi.

Ancaman terhadap Mangrove

Ancaman terhadap mangrove meliputi pemanenan berlebihan, polusi, dan pembukaan lahan untuk pertanian dan pemukiman manusia. Budidaya udang menghasilkan kerusakan yang hampir tidak dapat diubah, dan secara ekonomi mahal, di daerah tersebut, yang bahkan lebih memprihatinkan karena tambak udang menjadi tidak menguntungkan setelah hanya tiga sampai lima tahun. Kerusakan mangrove juga terkait dengan degradasi terumbu karang, karena terumbu melindungi mangrove dari gelombang dan arus kuat yang menghanyutkan sedimen halus tempat mangrove tumbuh.

Hilangnya keanekaragaman hayati

Filipina dianggap sebagai negara megabiodiverse. Ini memiliki banyak flora dan fauna unik; faktanya, hampir setengah dari vertebrata terestrial dan hingga 60 persen tanaman vaskularnya unik di negara ini. Tingkat hilangnya keanekaragaman hayati tercermin dalam beberapa temuan yang mengejutkan. Pada tahun 2006, lebih dari 20 persen spesies vertebrata dinilai terancam oleh International Union for Conservation of Nature. Sekitar 127 spesies burung dianggap terancam dan kakatua asli Filipina, yang pernah tersebar luas, kini terancam punah.

Jupiterimages/Photos.com/Getty Images

Related Posts