Empat Faktor Geografis yang Mempengaruhi Budaya-



Geografi, yang merupakan studi tentang permukaan bumi, berfokus pada unsur-unsur seperti susunan fitur fisik, iklim, tanah, dan vegetasi. Geografi mempengaruhi perkembangan orang-orang yang menempati daerah tertentu. Manusia merespons dan beradaptasi dengan kondisi yang mereka hadapi, mengembangkan pola perilaku dan kebiasaan untuk mengatasi gurun yang kering, dingin kutub, pegunungan tinggi atau isolasi sebuah pulau. Pada gilirannya, manusia berinteraksi dengan geografi fisik untuk mengubah, meningkatkan atau menghancurkan fitur fisik dan ekologi. Studi tentang interaksi manusia dengan tanah disebut “geografi budaya”, dan itu mencakup ekonomi, migrasi, agama, dan bahasa.

Topografi

Topografi adalah studi tentang relief; itu menggambarkan ketinggian dan bentuk elemen geografis seperti:

  • sungai
  • danau
  • kota

Hambatan alami seperti pegunungan, lautan, dan gurun besar membatasi perjalanan manusia dan mengisolasi populasi, sehingga membatasi pertukaran budaya. Negara kepulauan, seperti Jepang, sudah lama terisolasi dari budaya lain. Ini mendorong perkembangan budaya yang kaya dan unik. Pegunungan dan dataran tinggi berbatu mengurangi jumlah lahan yang tersedia untuk pertanian, sementara padang rumput yang datar menawarkan tanah yang subur untuk bercocok tanam. Hal ini mempengaruhi sejauh mana pertanian dapat menyebar di suatu negara.

Perairan

Perairan besar membatasi akses ke budaya lain sampai manusia merancang kapal yang mampu berlayar dalam jarak yang jauh. Setelah itu, kawasan pesisir menjadi pusat pertukaran budaya. Beberapa contoh negara yang menggunakan kapal untuk menyebarkan budayanya antara lain negara-negara Eropa yang menjajah Inggris Raya, Spanyol, dan Portugal pada tahun 1500-an dan 1600-an. Juga, sungai menjadi “jalan raya” yang baik untuk perjalanan dan pertukaran budaya; namun, jika sungai deras dan sulit dinavigasi, mereka dapat mengisolasi populasi. Penyebaran budaya dari daerah asalnya ke daerah lain disebut “difusi budaya”.

Iklim

Iklim membentuk pertanian seperti apa yang mungkin dilakukan di suatu daerah, cara orang berpakaian, tempat tinggal seperti apa yang mereka bangun, dan seberapa mudah mereka bepergian. Di sebagian besar wilayah Gurun Sahara di Afrika, perjalanan bergantung pada lokasi air dan ketersediaan hewan beban yang toleran terhadap kekeringan seperti unta. Pertanian dimungkinkan di oasis dengan kepadatan penduduk rendah dan desa-desa terpencil. Di iklim musim dingin yang parah di Finlandia, budaya orang Sami berpusat pada siklus hidup kawanan rusa kutub, sumber makanan utama mereka, menghasilkan gaya hidup nomaden.

Vegetasi

Di dunia modern, difusi budaya meningkat karena transportasi yang lebih baik dan metode komunikasi yang lebih baik. Namun, di beberapa daerah ekosistem dengan vegetasi yang tidak dapat ditembus seperti hutan tropis masih menyimpan budaya primitif yang terpencil. National Geographic Society memperkirakan bahwa lebih dari 100 “suku terasing” ada di seluruh dunia di Amerika Selatan, Papua Nugini, dan Samudera Hindia. Kontak dengan suku-suku ini terjadi ketika para penebang, penambang, penjajah, peternak, dan perusahaan minyak membangun jalan ke daerah yang sebelumnya tidak dapat diakses.

Dreamframer/iStock/GettyImages

Related Posts