Suhu dan Iklim di Alam Mesopotamia Kuno



Mesopotamia adalah wilayah Asia Barat Daya yang setara dengan Irak modern, Suriah, Iran barat, dan Turki tenggara. Ribuan tahun yang lalu cuaca Mesopotamia semi-kering, dengan musim panas yang terik dan hujan sporadis. Namun, keberadaan dua sungai, Tigris dan Efrat, membuatnya lembab, subur, dan ideal bagi para pengembara untuk memulai pemukiman. Kelimpahan air dan tanah yang kaya nutrisi menjadikannya tempat yang ideal untuk mengembangkan pertanian. Semakin banyak suku menjadikan wilayah itu rumah dan melahirkan salah satu pemukiman pertama di dunia. Mesopotamia, yang dalam bahasa Yunani berarti “tanah di antara sungai”, akhirnya menjadi tempat lahirnya peradaban dunia.

TL;DR (Terlalu Panjang; Tidak Dibaca)

Mesopotamia kuno dan “Bulan Sabit Subur” mengalami curah hujan yang cukup, dan memiliki persediaan air yang lebih dari cukup dari Sungai Tigris dan Efrat, sehingga wilayah tersebut cocok untuk pertanian dan pemukiman permanen manusia.

Bagaimana Gurun Menjadi Begitu Subur?

Sungai Tigris dan Efrat mengikuti jalur yang kira-kira paralel saat mengalir dari dataran tinggi Turki timur melalui Suriah dan Irak dan ke Teluk Persia. Sungai-sungai membanjiri daerah itu setiap musim semi ketika salju dari pegunungan terdekat mencair dan mengalir ke arus mereka. Banjir, meski merusak, juga memperkaya tanah berpasir dengan nutrisi penting, yang memungkinkan pertanian. Sedikit demi sedikit kota-kota yang berbatasan dengan sungai berhasil menghasilkan makanan yang cukup untuk berdagang dengan pemukiman lain.

Kreativitas manusia juga bertanggung jawab atas perkembangan Mesopotamia kuno. Ketika kota-kota pertama terbentuk, penduduknya menemukan bahwa mereka dapat memiliki akses ke air sepanjang tahun jika mereka membangun sistem irigasi. Untuk menjinakkan sungai, Mesopotamia awal membangun kanal dan waduk. Menjelang 3500 SM, penduduk Mesopotamia telah beradaptasi dengan wilayah yang saat itu semi-kering dan telah belajar cara menghasilkan tanaman yang berkelanjutan.

Mengapa Mesopotamia Runtuh?

Selama bertahun-tahun para ilmuwan mencoba menjelaskan mengapa budaya Mesopotamia menghilang. Hipotesis pertama menunjukkan bahwa keruntuhan Mesopotamia adalah hasil dari perubahan lingkungan. Sistem irigasi dapat meninggalkan jejak garam mineral yang mungkin telah mencapai tingkat yang sangat tinggi dan membuat tanah menjadi beracun bagi beberapa tanaman yang dapat dimakan. Teori lain berkonsentrasi pada konflik bersenjata seperti invasi.

Apakah Daerah tersebut Masih Daerah Semi-Arid?

Mesopotamia kuno biasanya memiliki curah hujan sekitar 10 inci per tahun dan suhu yang sangat panas – di musim panas suhu rata-rata mencapai 110 derajat Fahrenheit. Irak dan Suriah modern memiliki iklim yang gersang. Mereka memiliki musim panas yang panas dan kering serta musim dingin yang pendek dan sejuk.

HomoCosmicos/iStock/GettyImages

Related Posts