Masa Kejayaan Kerajaan Demak



Pada  masa  pemerintahan Raden  Fatah,  wilayah kekuasaan  Kerajaan  Demak  cukup   luas,  meliputi  Jepara, Tuban, Sedayu,  Palembang,  Jambi dan  beberapa daerah  di Kalimantan.  Daerah-daerah pesisir  di  Jawa  bagian  Tengah dan  Timur kemudian  ikut mengakui  kedaulatan Demak dan mengibarkan panji-panjinya.

Kemajuan  yang dialami Demak ini dipengaruhi oleh  jatuhnya  Malaka  ke  tangan  Portugis. Karena Malaka sudah dikuasai oleh Portugis, maka para pedagang yang tidak simpatik dengan kehadiran  Portugis di Malaka beralih haluan  menuju  pelabuhan-pelabuhan  Demak seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan dan Gresik. Pelabuhan- pelabuhan  tersebut  kemudian   berkembang  menjadi pelabuhan transit.

Selain  tumbuh  sebagai   pusat   perdagangan,   Demak juga  tumbuh menjadi  pusat  penyebaran agama  Islam. Para wali  yang  merupakan tokoh  penting   pada  perkembangan Kerajaan  Demak  ini,  memanfaatkan posisinya  untuk  lebih menyebarkan Islam kepada  penduduk Jawa.

Para wali juga berusaha menyebarkan Islam di luar Pulau Jawa. Penyebaran agama  Islam di Maluku dilakukan oleh Sunan Giri sedangkan di daerah  Kalimantan Timur dilakukan oleh seorang  penghulu dari Kerajaan Demak yang bernama Tunggang Parangan. Setelah   Kerajaan   Demak   lemah   maka   muncul   Kerajaan Pajang.

Demak didirikan di perapat terakhir abad ke-15, kemungkinan besar oleh seorang Tionghoa Muslim bernama Cek Ko-po. Kemungkinan besar puteranya ialah orang yg oleh Tomé Pires dlm Suma Oriental-nya dijuluki “Pate Rodim”, mungkin dimaksudkan “Badruddin” atau “Kamaruddin” & meninggal sekitar tahun 1504. Putera atau adik Rodim, yg bernama Trenggana bertahta dari tahun 1505 sampai 1518, kemudian dari tahun 1521 sampai 1546.

Di antara kedua masa ini yg bertahta ialah iparnya, raja Yunus dari Jepara. Pada saat kerajaan Majapahit mengalami masa surut, secara praktis wilayah-wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Wilayah-wilayah yg terbagi menjadi kadipaten-kadipaten tersebut saling serang, saling mengklaim sebagai pewaris tahta Majapahit.

Tradisi Jawa menceritakan bahwa pada masa itu, arus kekuasaan mengerucut pada dua adipati, yaitu Raden Patah & Ki Ageng Pengging. Sementara Raden Patah mendapat dukungan dari Walisongo, Ki Ageng Pengging mendapat dukungan dari Syekh Siti Jenar. Kerajaan Demak ialah kerajaan Islam terbesar di pantai utara Jawa [”Pasisir”]. Menurut tradisi Jawa, Demak sebelumnya merupaken keadipatian [kadipaten] dari kerajaan Majapahit, & tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa & Indonesia pada umumnya. Kerajaan Demak tak berumur panjang & segera mengalami kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Pada tahun 1568, kekuasaan Demak beralih ke Kerajaan Pajang yg didirikan oleh Jaka Tingkir. Salah satu peninggalan bersejarah Kerajaan Demak ialah Mesjid Agung Demak, yg menurut tradisi didirikan oleh Walisongo.

Lokasi Keraton Demak

Sebutan kerajaan pada periode ketika beribukota di sana dikenal sebagai Demak Bintara. Pada masa raja ke-4 ibukota dipindahkan ke Prawata [dibaca “Prawoto”] & untuk periode ini kerajaan disebut Demak Prawata. Lokasi keraton Demak, yg pada masa itu berada di tepi laut, berada di kampung Bintara [dibaca “Bintoro” dlm bahasa Jawa], saat ini telah menjadi kota Demak di Jawa Tengah.

Kemunduran, Pemberontakan & Perebutan Kekuasaan Kerajaan Demak

Suksesi ke tangan Sunan Prawoto tak berlangsung mulus. Penunjukannya sebagai sunan ditentang oleh adik Trenggana, yaitu Pangeran Sekar Seda Lepen. Dalam penumpasan pemberontakan, Pangeran Sekar Seda Lepen akhirnya termatikan. Akan tetapi, pada tahun 1561 Sunan Prawoto beserta keluarganya dihabisi oleh suruhan Arya Penangsang, putera Pangeran Sekar Seda Lepen.

Arya Penangsang kemudian menjadi penguasa tahta Demak. Suruhan Arya Penangsang juga memmatikan Pangeran Hadiri, adipati Jepara, & hal ini menyebabkan adipati-adipati di bawah Demak memusuhi Arya Penangsang, salah satunya ialah Adipati Pengging. Arya Penangsang akhirnya berhasil dimatikan dlm peperangan oleh Sutawijaya, anak angkat Joko Tingkir. Joko Tingkir memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang, & di sana ia mendirikan Kerajaan Pajang.

Trenggana

Panglima perang Demak waktu itu ialah Fatahillah, pemuda asal Pasai [Sumatera], yg juga menjadi menantu raja Trenggana. Trenggana meninggal pada tahun 1546 dlm sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, & kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto. Trenggana berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur & Jawa Tengah. Di bawahnya, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yg akan mendarat di sana [1527], Tuban [1527], Madiun [1529], Surabaya & Pasuruan [1527], Malang [1545], & Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa [1527, 1546].

Pati Unus Demak Sebagai Kerajaan Maritim yg Besar

Demak di bawah Pati Unus ialah Demak yg berwawasan nusantara. Visi besarnya ialah menjadikan Demak sebagai kerajaan maritim yg besar. Pada masa kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka. Dengan adanya Portugis di Malaka, kehancuran pelabuhan-pelabuhan Nusantara tinggal menunggu waktu.

Sumber: Sejarah SMA/MA Kelas X Kemdikbud 2014

Related Posts