Perkembangan Kerajaan Sriwijaya



Ada beberapa faktor  yang mendorong perkembangan Sriwijaya antara  lain :

Letak geografis dari Kota Palembang.

Palembang  sebagai pusat   pemerintahan  terletak   di  tepi   Sungai   Musi. Di depan  muara  Sungai Musi terdapat pulau-pulau yang berfungsi  sebagai  pelindung  pelabuhan di Muara  Sungai Musi.  Keadaan  seperti  ini sangat   tepat   untuk  kegiatan pemerintahan dan pertahanan.

Kondisi itu pula menjadikan Sriwijaya sebagai jalur perdagangan internasional dari India ke Cina, atau  sebaliknya. Juga kondisi sungai-sungai yang besar, perairan laut yang cukup tenang, serta penduduknya yang berbakat sebagai pelaut ulung.

Runtuhnya Kerajaan Funan di Vietnam akibat serangan Kamboja.

Hal ini  telah  memberi   kesempatan  Sriwijaya untuk cepat berkembang sebagai negara  maritim.

Perkembangan Politik dan Pemerintahan

Kerajaan   Sriwijaya  mulai   berkembang  pada    abad ke-7. Pada awal perkembangannya, rajanya disebut  dengan Dapunta  Hyang.  Dalam  Prasasti Kedukan  Bukit dan  Talang Tuo telah  ditulis sebutan Dapunta  Hyang. Pada  abad  ke-7, Dapunta  Hyang banyak melakukan  usaha perluasan  daerah.

Daerah-daerah   yang   berhasil   dikuasai   antara    lain sebagai berikut.

  • Tulang-Bawang yang terletak di daerah Lampung.
  • Daerah Kedah yang terletak di pantai  barat  Semenanjung Melayu. Daerah ini sangat  panting  artinya bagi usaha pengembangan   perdagangan  dengan  India.   Menurut I-tsing,  penaklukan  Sriwijaya  atas   Kedah   berlangsung antara  tahun  682-685 M.
  • Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan perdagangan internasional, merupakan daerah  yang sangat  penting. Daerah  ini dapat   dikuasai  Sriwijaya pada  tahun   686  M berdasarkan Prasasti Kota Kapur. Sriwijaya juga diceritakan berusaha   menaklukkan  Bhumi   Java   yang   tidak   setia kepada  Sriwijaya. Bhumi Java yang dimaksud adalah Jawa, khususnya Jawa bagian barat.
  • Daerah Jambi terletak  di tepi  Sungai  Batanghari.  Daerah ini  memiliki kedudukan  yang  penting,   terutama  untuk memperlancar perdagangan di pantai  timur Sumatra. Penaklukan ini dilaksanakan kira-kira tahun 686 M (Prasasti Karang Berahi).
  • Tanah Genting   Kra  merupakan  tanah   genting   bagian utara  Semenanjung Melayu.  Kedudukan   Tanah Genting Kra sangat  penting.  Jarak antara  pantai  barat  dan  pantai timur   di  tanah   genting   sangat   dekat,   sehingga   para pedagang  dari  Cina  berlabuh   dahulu   di  pantai   timur dan  membongkar barang  dagangannya untuk  diangkut dengan pedati ke pantai barat.  Kemudian mereka berlayar ke India. Penguasaan Sriwijaya atas Tanah Genting Kra dapat  diketahui dari Prasasti Ligor yang berangka tahun  775 M.
  • Kerajaan  Kaling  dan   Mataram   Kuno. Menurut berita Cina, diterangkan adanya serangan dari barat,  sehingga  mendesak Kerajaan Kaling pindah ke sebelah timur. Diduga yang melakukan serangan adalah Sriwijaya. Sriwijaya ingin menguasai  Jawa bagian  tengah karena  pantai  utara  Jawa bagian tengah juga merupakan jalur perdagangan yang penting.

Sriwijaya terus melakukan perluasan daerah, sehingga  Sriwijaya menjadi  kerajaan  yang  besar. Untuk  lebih  memperkuat pertahanannya, pada tahun  775  M dibangunlah sebuah pangkalan di daerah  Ligor. Waktu itu yang menjadi raja adalah Darmasetra.

balaputradewa

Raja yang  terkenal  dari  Kerajaan  Sriwijaya adalah   Balaputradewa.  Ia  memerintah   sekitar abad ke-9 M. Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya berkembang pesat dan mencapai  zaman keemasan.    Balaputradewa   adalah    keturunan dari Dinasti Syailendra, yakni putra dari Raja Samarotungga dengan Dewi Tara dari  Sriwijaya. Hal tersebut diterangkan dalam  Prasasti Nalanda. Balaputradewa  adalah   seorang   raja  yang  besar di Sriwijaya. Raja Balaputradewa menjalin hubungan erat  dengan Kerajaan  Benggala  yang saat  itu  diperintah   oleh  Raja  Dewapala   Dewa. Raja ini menghadiahkan sebidang  tanah  kepada Balaputradewa untuk  pendirian  sebuah  asrama  bagi  para  pelajar dan mahapeserta didik yang sedang belajar di Nalanda, yang dibiayai oleh Balaputeradewa, sebagai  “dharma”. Hal itu tercatat dengan baik dalam Prasasti Nalanda, yang saat ini berada di Universitas Nawa Nalanda,  India. Bahkan  bentuk  asrama  itu mempunyai  kesamaan arsitektur dengan Candi Muara Jambi, yang berada di Provinsi Jambi saat  ini. Hal tersebut menandakan Sriwijaya memperhatikan ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan agama  Buddha  dan  bahasa Sanskerta bagi generasi mudanya.

Sri SudamaniwarmadewaPada  tahun  990  M yang  menjadi  Raja Sriwijaya adalah  Sri Sudamaniwarmadewa. Pada masa pemerintahan raja itu terjadi serangan  Raja  Darmawangsa  dari   Jawa   bagian   Timur.   Akan tetapi,  serangan itu berhasil digagalkan  oleh tentara Sriwijaya. Sri Sudamaniwarmadewa kemudian  digantikan  oleh putranya  yang bernama  Marawijayottunggawarman. Pada  masa   pemerintahan Marawijayottunggawarman, Sriwijaya membina  hubungan dengan Raja Rajaraya I  dari  Colamandala. Pada  masa  itu,  Sriwijaya terus mempertahankan kebesarannya.

Pada masa kejayaannya, wilayah kekuasaan Sriwijaya cukup Luas. Daerah-daerah kekuasaannya antara  lain Sumatra dan pulau-pulau sekitar Jawa bagian barat,  sebagian  Jawa bagian tengah, sebagian  Kalimantan, Semenanjung Melayu, dan hampir seluruh perairan Nusantara. Bahkan Mohammad Yamin menyebutkan Sriwijaya sebagai negara  nasional yang pertama

Untuk mengurus setiap  daerah  kekuasaan Sriwijaya, dipercayakan kepada seorang Rakryan (wakil raja di daerah). Dalam hal ini Sriwijaya sudah mengenal struktur pemerintahan.

Sumber: Sejarah SMA/MA Kelas X Kemdikbud 2014

Related Posts

This Post Has 2 Comments

Comments are closed.