Sumber Daya Hutan di India: Pemanfaatan, Eksploitasi Berlebihan, Penyebab dan Akibat



Sumber Daya Hutan di India: Pemanfaatan, Eksploitasi Berlebihan, Sebab dan Akibat!

Di India, hutan membentuk 23 persen dari total luas daratan. Kata ‘hutan’ berasal dari kata Latin ‘foris’ yang berarti ‘di luar’ (mungkin yang dimaksud adalah batas desa atau pagar yang memisahkan desa dan lahan hutan).

Hutan adalah komunitas alami yang mandiri yang dicirikan oleh ­struktur vertikal yang diciptakan oleh keberadaan pepohonan. Pohon adalah tumbuhan berkayu yang besar, umumnya bertangkai tunggal. Hutan dapat eksis di banyak wilayah berbeda dalam berbagai kondisi, tetapi semua hutan sejati memiliki karakteristik fisik yang sama.

Karena hutan adalah komunitas alami, tidak ada hutan yang statis dalam waktu. Artinya, karena masyarakat hutan menanggapi pengaruh luar, sebagian besar hutan berada dalam keadaan terus berubah. Bergantung pada sistem di mana komunitas hutan ­ada, faktor-faktor tersebut dapat mencakup curah hujan, api, angin, glasiasi, aktivitas seismik, banjir, aktivitas hewan, isolasi, dan sebagainya.

Setiap saat, hutan adalah kumpulan tanggapan masa lalu terhadap pengaruh luar dan interaksi persaingan internal. Oleh karena itu, status setiap hutan saat ini, bahkan setiap komunitas alam, mencerminkan apa yang telah terjadi sebelumnya.

Penggunaan dan Eksploitasi Berlebihan:

Hutan adalah komunitas biotik yang sebagian besar terdiri dari pohon, semak, dan vegetasi berkayu lainnya, biasanya dengan kanopi tertutup. Sumber daya alam terbarukan yang tak ternilai ini bermanfaat bagi manusia dalam banyak hal.

Manfaat langsung dari hutan adalah:

(a) Kayu Bakar:

Kayu digunakan sebagai sumber energi untuk tujuan memasak dan untuk menjaga kehangatan.

(b) Kayu:

Kayu digunakan untuk membuat furnitur, gagang perkakas, bantalan rel kereta api ­, korek api, bajak, jembatan, perahu, dll.

(c) Bambu:

Ini digunakan untuk anyaman, lantai, keranjang, tali, rakit, dipan dll.

(d) Makanan:

Buah-buahan, daun, akar dan umbi tanaman serta daging hewan hutan menjadi makanan suku hutan.

(e) Tempat berlindung:

Lumut, pakis, serangga, burung, reptil, mamalia dan mikro- ­organisme disediakan perlindungan oleh hutan.

(f) Kertas:

Bubur kayu dan bambu digunakan untuk pembuatan kertas ( ­cetakan berita, alat tulis, kertas pengepakan, kertas sanitasi)

(g) Rayon:

Bambu dan kayu digunakan dalam pembuatan rayon (benang, serat sutera tiruan)

(h) Hasil Hutan:

Tanin, gom, obat-obatan, rempah-rempah, insektisida, lilin, madu, tanduk, musk, gading, kulit dll semuanya disediakan oleh flora dan fauna untuk ­ests.

Manfaat tidak langsung dari hutan adalah:

(a) Konservasi Tanah:

Hutan mencegah erosi tanah dengan mengikat tanah dengan jaringan akar tanaman yang berbeda dan mengurangi kecepatan angin dan hujan yang merupakan penyebab utama erosi.

(b) Perbaikan tanah:

Kesuburan tanah meningkat karena adanya humus yang terbentuk akibat pembusukan serasah hutan.

(c) Pengurangan Polusi Atmosfer:

Dengan menggunakan karbon dioksida dan melepaskan oksigen selama proses fotosintesis, hutan mengurangi polusi ­dan memurnikan lingkungan.

(d) Pengendalian Iklim:

Transpirasi tanaman meningkatkan kelembaban atmosfer yang mempengaruhi curah hujan dan mendinginkan atmosfer.

(e) Pengendalian Aliran Air:

Di hutan, lapisan humus yang tebal berfungsi seperti spons besar dan menyerap air hujan untuk mencegah limpasan, sehingga mencegah banjir bandang. Humus mencegah penguapan air yang cepat, sehingga memastikan pasokan air yang abadi ke sungai, mata air, dan sumur.

Interaksi Manusia dengan Hutan:

Manusia tidak diragukan lagi merupakan bagian dari sebagian besar hutan. Kecuali kawasan hutan yang sangat sulit dijangkau, semua hutan yang ada di Bumi saat ini telah ­dipengaruhi oleh manusia selama puluhan ribu tahun. Dalam banyak kasus, masyarakat hutan tidak pernah lepas dari pengaruh aktivitas manusia.

Karena sifat manusia yang luas, aktivitas di hutan, tergoda untuk memikirkan usaha manusia sebagai satu lagi faktor luar yang mempengaruhi ­pembangunan hutan. Pendekatan ini menyesatkan, bagaimanapun, karena menolak peran kesadaran diri dalam aktivitas manusia. Karena manusia dapat memahami sebab dan akibat, dan karena kita telah mengumpulkan pengetahuan yang semakin mendalam tentang proses hutan selama sepuluh ribu tahun terakhir, pengaruh manusia tidak dapat disamakan dengan kekuatan alam yang buta.

Sejak prasejarah, manusia telah menyadari manfaat dari lahan hutan dalam bentuk nilai spiritual, obat-obatan, tempat tinggal, makanan, material, bahan bakar dan lainnya. Seringkali, manusia berusaha memanipulasi proses alam untuk memaksa sistem hutan menghasilkan lebih banyak barang dan jasa yang diinginkan oleh manusia.

Contohnya berkisar dari pohon yang dimodifikasi secara budaya dan habitat tepi yang dipelihara oleh Haida dan lainnya di pantai barat Amerika Utara hingga ­penanaman pengayaan pohon kacang Brazil di Amazon hingga pengelolaan semak belukar tradisional di dataran rendah Inggris.

Kadang-kadang, pengelolaan manusia menjadi sangat intensif sehingga menjadi rangkaian faktor utama di mana sistem hutan beroperasi. Sistem seperti itu bergerak menuju kendali manusia yang hampir total yang ditemukan dalam sistem pertanian dan tidak dapat dianggap sebagai hutan dalam pengertian alami apa pun, meskipun mungkin terus menyerupai hutan secara dangkal.

Penggundulan hutan:

Deforestasi adalah penghancuran permanen hutan adat dan daerah berhutan. Istilah tersebut tidak termasuk penebangan hutan industri seperti perkebunan getah atau pinus. Deforestasi telah mengakibatkan berkurangnya hutan adat ­hingga empat per lima dari wilayah pra-pertanian mereka.

Hutan adat sekarang menutupi 21% dari permukaan tanah bumi. World Resources Institute menganggap ­deforestasi sebagai salah satu masalah penggunaan lahan yang paling mendesak di dunia. Perbedaan antara hutan dan hutan adalah bahwa di hutan tajuk dari masing-masing pohon saling bersentuhan untuk membentuk satu kanopi, di hutan, pohon-pohon TINGGAL berjauhan, sehingga kanopi terbuka.

Yang sangat memprihatinkan adalah laju deforestasi yang terjadi. Saat ini, 12 juta hektar hutan ditebang setiap tahun. Hampir semua deforestasi ini terjadi di hutan basah dan hutan terbuka di daerah tropis.

Pada tingkat ini, semua hutan tropis lembab dapat hilang pada tahun 2050, kecuali daerah terpencil di Amazonia, cekungan Zaire, serta beberapa kawasan lindung di dalam cagar alam dan taman. Beberapa negara seperti Pantai Gading, Nigeria, Kosta Rika, dan Sri Lanka kemungkinan besar akan kehilangan semua hutan tropisnya pada tahun 2010 jika tidak dilakukan langkah-langkah konservasi.

Penghancuran hutan akibat penebangan pohon yang tidak bermoral dan sembarangan telah menyebabkan kerusakan lingkungan kita secara keseluruhan dan menjadi ancaman serius bagi kualitas “kehidupan di masa depan. Luas hutan di dunia menyusut dari 7.000 juta hektar (tahun 1900) menjadi 2S90 juta hektar (tahun 1975). Diperkirakan akan semakin berkurang menjadi 2300 juta ­hektar pada tahun 2010 M jika tren deforestasi saat ini tidak dibalik.

Penyebab Deforestasi:

(1) Ledakan Penduduk:

Ledakan penduduk menimbulkan ancaman serius bagi lingkungan. Lahan hutan yang luas ditebangi pohon untuk merebut kembali lahan untuk pemukiman manusia (pabrik, pertanian, perumahan, jalan, rel kereta api, dll.) pertumbuhan populasi meningkatkan permintaan akan hasil hutan seperti kayu, kayu bakar, kertas dan produk industri berharga lainnya penting, semua mengharuskan penebangan pohon.

(2) Kebakaran Hutan:

Kebakaran di hutan dapat disebabkan oleh bencana alam atau aktivitas manusia:

(a) Membaranya humus dan bahan organik yang membentuk penutup tebal di atas lantai hutan (yaitu kebakaran tanah).

(b) Ranting dan daun kering dapat terbakar (yaitu kebakaran di permukaan).

(c) Di hutan padat penduduk, pucuk pohon dapat terbakar oleh panas yang dihasilkan oleh gesekan konstan satu sama lain (yaitu kebakaran tajuk).

(d) Kegiatan manusia seperti membuka hutan untuk pemukiman, pertanian, kayu bakar, pembangunan jalan, rel kereta api dan kecerobohan (melempar puntung rokok yang terbakar ke dedaunan kering).

Api menghancurkan pohon-pohon dewasa, mengakibatkan pembunuhan dan menghanguskan benih, humus, flora tanah dan kehidupan binatang.

(3) Hewan Penggembalaan:

Menginjak-injak tanah hutan selama penggembalaan ternak yang berlebihan memiliki empat efek yang dapat dicapai seperti hilangnya porositas tanah, erosi tanah dan penggurunan kawasan hutan yang sebelumnya subur.

(4) Serangan Hama:

Hama hutan seperti serangga, dll. menghancurkan pohon dengan memakan daunnya, menggerek pucuk dan menyebarkan penyakit.

(5) Kekuatan Alam:

Banjir, badai, salju, petir dll adalah kekuatan alam yang merusak ­hutan.

Efek Deforestasi:

Hutan sangat erat kaitannya dengan perubahan iklim, keanekaragaman hayati, hewan liar ­, tanaman pangan, tumbuhan obat, dll.

Deforestasi skala besar memiliki banyak konsekuensi yang luas:

(a) Penghancuran habitat hewan liar (hewan pemakan pohon kehilangan makanan dan tempat berlindung.)

(b) Meningkatnya erosi tanah akibat berkurangnya tutupan vegetasi.

(c) Pengurangan oksigen yang dibebaskan oleh tanaman melalui fotosintesis.

(d) Meningkatnya polusi karena pembakaran kayu dan karena berkurangnya fiksasi Karbondioksida oleh tumbuhan.

(e) Penurunan ketersediaan hasil hutan.

(f) Hilangnya keragaman budaya

(g) Hilangnya Keanekaragaman Hayati

(h) Kelangkaan kayu bakar dan kemerosotan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat yang ­tinggal di sekitar hutan.

(i) Penurunan muka air karena limpasan yang lebih banyak dan dengan demikian peningkatan penggunaan air bawah tanah meningkatkan frekuensi kekeringan.

(j) Kenaikan tingkat Karbon dioksida telah mengakibatkan peningkatan tingkat panas bumi yang pada gilirannya mengakibatkan mencairnya tudung es dan gletser dan mengakibatkan banjir di wilayah pesisir.

Related Posts