Bagaimana Para Ilmuwan Menggunakan Suara untuk Menyelamatkan Terumbu Karang yang Sekarat-



Selama tiga dekade terakhir, lebih dari 25% terumbu karang di Bumi telah hilang. Dari perubahan iklim hingga polusi, banyak faktor yang mempengaruhi terumbu karang dan membahayakannya. Sekarang, tim ilmuwan sedang menguji bagaimana pengeras suara bawah air dapat membantu memulihkan terumbu karang yang sekarat.

Terumbu Karang Sedang Sekarat

Menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), terumbu karang membentuk sekitar 0,2% lautan, tetapi mengandung 25% dari semua spesies laut yang diketahui. NOAA memperkirakan bahwa 500 juta orang di seluruh dunia bergantung pada terumbu karang karena tempat wisata, makanan, perlindungan pantai, dan sumber daya lain yang mereka sediakan.

Saat ini, terumbu karang menghilang dengan sangat cepat. NOAA menjelaskan bahwa pemutihan massal, yang disebabkan oleh suhu laut yang lebih hangat, telah membunuh 29% karang di Great Barrier Reef dan 50% karang di Seychelles. Secara keseluruhan, 75% terumbu karang dunia telah terkena dampak pemutihan massal.

Menghidupkan kembali Karang dengan Suara

Sebuah tim ilmuwan melakukan percobaan untuk merevitalisasi karang di Great Barrier Reef di utara Australia. Salah satu masalah yang dihadapi terumbu karang mati adalah kecilnya kemungkinan ikan mengunjungi atau menghabiskan waktu di dalamnya. Terumbu karang hidup itu hidup, berisik, dan menarik, sehingga tim berspekulasi bahwa meniru suara lingkungan yang sehat mungkin bisa membantu.

Para ilmuwan menggunakan pengeras suara bawah air selama 40 hari untuk menarik ikan ke terumbu karang. Menyebut proses pengayaan akustik, tim juga memantau tambalan tanpa pengeras suara dan membuat terumbu pengeras suara dummy sebagai kontrol. Hasilnya menunjukkan bahwa “pengayaan akustik meningkatkan perkembangan komunitas ikan” dan menguntungkan terumbu karang yang mati.

Setelah 40 hari, karang mati dengan pengeras suara memiliki ikan dua kali lebih banyak daripada dua jenis kontrol. Dengan membangun kembali komunitas ikan di terumbu karang, mereka berharap dapat mempertahankan keanekaragaman hayati di kawasan tersebut dan memberikan perlindungan penting bagi spesies laut yang berbeda. Ikan adalah bagian penting dari ekosistem, dan kembalinya mereka dapat mengarah pada perkembangan positif lainnya.

Perangkat yang Lebih Baik untuk Menguji Terumbu Karang

Memahami cara menyelamatkan, merestorasi, dan memelihara terumbu karang merupakan proses yang rumit. Alat baru seperti pengeras suara bawah air menjanjikan, tetapi itu bukan satu-satunya perangkat yang dapat membantu karang. Di Woods Hole Oceanographic Institution (WHOI), para peneliti sedang mengerjakan perangkat portabel yang disebut DISCO (Diver-operated Submersible Chemiluminescent sensOr).

DISCO dapat mengambil sampel air saat benar-benar berada di bawah air, sehingga para ilmuwan dapat mempelajari terumbu karang. DISCO dapat menguji superoksida, senyawa yang sangat reaktif yang menciptakan “radikal bebas” berbahaya. Superoksida larut dengan cepat dalam air, sehingga perangkat baru ini akan memudahkan untuk mengujinya secara langsung di lokasi.

Meski superoksida dianggap beracun, para peneliti menganggap itu penting untuk kesehatan terumbu karang. Ini mungkin berperan dalam respon imun, dan karang dapat menggunakan superoksida sebagai mekanisme pertahanan melawan penyakit. Mempertimbangkan bahwa suhu laut yang lebih hangat dapat meningkatkan risiko infeksi tertentu pada kehidupan laut, mempelajari superoksida dapat mengungkap petunjuk penting yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup karang.

Tidak Kehilangan Harapan

Beberapa percaya bahwa terumbu karang akan hancur dan melewati titik penyelamatan. Namun, eksperimen seperti menggunakan pengeras suara bawah air menunjukkan bahwa alat sederhana dapat menghidupkan kembali terumbu karang. Penemuan perangkat bawah air baru, seperti DISCO, juga mengungkapkan bahwa sains masih bisa berinovasi untuk menyelamatkan kehidupan di Bumi. Terumbu karang dalam bahaya, tetapi para ilmuwan tidak akan menyerah.

© RAZVAN CIUCA/Momen/GettyImages

Related Posts