5 Tujuan Utama Perkawinan Hindu – Esai



Tujuan perkawinan Hindu adalah sebagai berikut: 1. Dharma, 2. Praja atau Keturunan, 3. Kama, 4. Rina, 5. Kesinambungan Sosial Budaya.

Teks-teks agama dari banyak komunitas di India telah menguraikan tujuan, hak dan kewajiban yang terlibat dalam pernikahan. Di kalangan umat Hindu misalnya, perkawinan dianggap sebagai kewajiban sosial-keagamaan.

Sumber Gambar : upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/32/Hindu_marriage_blessing.jpg

Teks Hindu kuno menunjukkan tiga tujuan utama pernikahan. Ini adalah dharma (kewajiban), praja (keturunan) dan rati (kenikmatan seksual). Selain itu, ada juga tujuan lain. perkawinan Hindu.

Tujuan pernikahan Hindu dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Dhamma:

Tujuan tertinggi perkawinan, menurut pemikir Hindu adalah ‘dharma’. Bagi seorang Hindu, pernikahan dimaksudkan untuk memenuhi dharma atau kewajiban agamanya. Seperti yang dikatakan KM Kapadia, “Perkawinan diinginkan bukan untuk seks atau keturunan, tetapi untuk mendapatkan pasangan untuk memenuhi kewajiban agama seseorang”. Adalah kewajiban perumah tangga untuk mempersembahkan ‘Pancha Maha Jajnas bersama istrinya. Jika istri meninggal, perumah tangga harus mengambil istri kedua untuk menjalankan kewajibannya. Dengan demikian istri merupakan kebutuhan agama bagi seorang Hindu.

2. Praja atau Keturunan:

Tujuan kedua perkawinan Hindu adalah keturunan anak, khususnya anak laki-laki. Diyakini bahwa putra atau putra menyelamatkan sang ayah dari neraka. Oleh karena itu, kelahiran anak laki-laki begitu dijunjung tinggi di kalangan umat Hindu sehingga prokreasi menjadi kewajiban agama. Oleh karena itu, para pemikir Hindu menganggap prokreasi sebagai kewajiban baik untuk kepentingan keluarga dan masyarakat maupun untuk keselamatan diri sendiri.

Prokreasi dianggap sebagai tujuan terpenting kedua dari pernikahan Hindu. Kapadia berkomentar, “Ketika para pemikir Hindu menganggap Dharma sebagai yang pertama dan tujuan tertinggi dari pernikahan dan prokreasi sebagai yang terbaik kedua, Dharma mendominasi pernikahan”.

3. Kama atau Kepuasan Seks:

Seks adalah salah satu tujuan pernikahan, tetapi itu adalah tujuan pernikahan yang paling tidak diinginkan dan itulah sebabnya seks diberikan tempat ketiga oleh para pemikir Hindu. Menurut Kapadia, “Pemikiran seks adalah salah satu fungsi perkawinan; itu diberikan tempat ketiga, dengan demikian menyimpulkan bahwa itu adalah tujuan pernikahan yang paling tidak diinginkan.

Oleh karena itu, ditemukan bahwa seks telah diberi peran sekunder dalam pernikahan Hindu. Meskipun seks penting untuk perkembangan kepribadian seseorang yang sehat, para pemikir Hindu tidak menganggapnya sebagai satu-satunya tujuan pernikahan.

4. Rina atau Utang:

Seharusnya ada tiga hutang yang harus dibayar seseorang seumur hidupnya. Utang tersebut adalah (i) Deva Rina, (ii) Rishi Rina dan (iii) Pitri Rina. Rina pertama adalah menuju Tuhan yang menciptakan alam semesta dan memberi kita kehidupan. Rina kedua adalah terhadap guru yang memampukan kami memenuhi kewajiban kami. Yang ketiga adalah terhadap leluhur kita yang melahirkan kita.

5. Kesinambungan Sosial Budaya:

Perkawinan Hindu memiliki pendekatan dua dimensi. Pertama, untuk kelangsungan masyarakat, seorang individu wajib mendirikan rumah tangga dan melahirkan serta memberikan anggota baru kepada masyarakat. Kedua, kewajiban setiap perumah tangga untuk mewariskan tradisi budaya Kulanya kepada generasi berikutnya.

Related Posts