Teknik dan Metode Pengambilan Sampel



Geografi, berurusan dengan hubungan manusia dan lingkungan, pada dasarnya adalah ilmu sosial. Salah satu masalah utama yang dihadapi para ahli ­geografi dalam melakukan penelitian adalah banyaknya data.

Faktanya, dalam beberapa dekade terakhir, ‘ledakan data’ telah terjadi di setiap bidang kehidupan, menyediakan sumber ­informasi berharga yang sangat besar dalam bentuk fakta numerik untuk kuantifikasi masalah sosial ekonomi dalam ruang dan waktu. .

Peningkatan ­kuantitas data, meskipun berguna untuk perumusan hipotesis dan pengujiannya, telah menimbulkan masalah pemrosesan data, pembuatan peta dan analisisnya. Oleh karena itu, tugas para peneliti menjadi sulit, mahal, dan memakan waktu.

Hampir semua cabang geografi, misalnya, geomorfologi, ­klimatologi, oseanografi, pedologi, demografi, geografi ekonomi, pertanian dan industri, perencanaan penggunaan lahan perkotaan dan pedesaan, transportasi, pemukiman perkotaan, geografi elektoral dan medis semuanya beralih ke geografi numerik yang lebih tepat. data dalam upaya mereka untuk membuat penilaian fenomena geografis yang lebih realistis dan objektif.

Apalagi, kini para ahli geografi semakin banyak bekerjasama dengan ­ilmuwan dari disiplin ilmu lain. Oleh karena itu, penerapan teknik statistik yang baik dan canggih untuk data geografis menjadi penting.

‘Sampling’ adalah teknik yang berguna untuk pemrosesan data. Ini sering digunakan oleh ahli geografi dalam studi mereka. Sampling data itu sendiri adalah pekerjaan yang membosankan yang membutuhkan kehati-hatian dari pihak ­peneliti untuk sampai pada hasil yang dapat diandalkan.

Inti dari pengambilan sampel terletak pada kenyataan bahwa sejumlah besar item, individu, atau lokasi ( ­populasi statistik) dapat, dalam batas probabilitas statistik tertentu, disajikan oleh sekelompok item yang lebih kecil (sampel) yang dipilih dari kelompok yang lebih besar. (populasi induk).

Dari populasi yang sangat besar ­, jika pilihan item atau kasus yang terbatas dibuat, itu disebut ‘sampel’. ‘Sampel’ terbatas umumnya cukup untuk membuat generalisasi tentang seluruh populasi. Dalam banyak kasus, jumlah individu dalam populasi, misalnya, hasil rata-rata dari semua petak di daerah pertanian atau kerikil di pantai laut sangat banyak sehingga pengukuran semuanya hampir tidak mungkin dari titik praktis. pandangan.

Tetapi, jika melalui pengambilan sampel, ­pemilihan bidang yang terbatas untuk pengukuran hasil akan memungkinkan pengamat memperoleh hasil rata-rata dari bidang di seluruh wilayah, demikian pula, pemilihan kerikil yang terbatas di pantai laut akan cukup untuk membuat generalisasi tentang kerikil di pantai itu.

Pengambilan sampel, dengan demikian, mewakili penggunaan energi kita yang lebih efisien, masih ­memungkinkan kita untuk membuat pernyataan yang dapat diandalkan tentang seluruh populasi. Jajak pendapat publik mengumumkan bagaimana suatu negara bermaksud untuk memilih, atau menganalisis sikap orang-orang terhadap isu-isu terkini, tetapi kesimpulan mereka diperoleh dari sampel yang terdiri dari beberapa ratus kuesioner, bukan dengan berkonsultasi dengan semua orang di negara tersebut. Pencacahan lengkap populasi di sebagian besar kasus hampir tidak praktis.

Pengambilan sampel yang tepat dalam penelitian geografis sangat diinginkan karena menghemat waktu, tenaga dan biaya secara signifikan dan memberikan hasil yang dapat diandalkan yang dapat digunakan untuk tujuan generalisasi dan peramalan. Namun, masalah memilih ukuran sampel yang tepat sedikit lebih rumit.

Aturan paling sederhana adalah semakin besar ukuran sampel, semakin besar kemungkinan untuk memberikan gambaran yang dapat diandalkan dari populasi induk. Sebagai panduan kasar selanjutnya, dapat dikatakan bahwa ukuran sampel harus setidaknya 5 persen sampai 15 persen dari total untuk ­hasil yang memuaskan. Keputusan dalam menentukan populasi induk dan memilih metode pengambilan sampel terbaik, bagaimanapun, sebagian besar bergantung pada akal sehat.

Beberapa metode sampling yang umum dikenal dan sering digunakan adalah: random sampling, purposive sampling, systematic sampling, stratified sampling dan multistage sampling.

1. Pengambilan Sampel Acak:

Dalam random sampling, unit sampel dipilih secara acak. Setelah ‘populasi induk’ ditentukan, setiap item dalam populasi tersebut memiliki peluang yang sama untuk dimasukkan ke dalam sampel mana pun. Dalam metode ini, perawatan yang tepat harus dilakukan untuk memastikan bahwa sampel ­dipilih secara acak. Sering kali pilihan yang benar-benar acak mungkin tidak dapat dilakukan.

Penyelidik harus, bagaimanapun, mengejar cita-cita seleksi acak sedekat mungkin. Penggunaan lotere adalah metode paling sederhana dari pengambilan sampel tersebut. Sampel yang cukup baik juga dapat diambil dengan menggunakan angka random sampling yang diberikan pada Tabel 6.2.

Pengambilan sampel dengan bantuan tabel random sampling dapat ­diilustrasikan dengan mengutip sebuah contoh. Misalkan untuk studi penggunaan lahan pertanian suatu wilayah yang memiliki 400 desa, hanya 15 desa yang dipilih secara acak. Pertama-tama desa akan diberi nomor urut, misalnya 1, 2,3,4,5…….. 400.

Setelah menyusun desa-desa secara berurutan, akan diambil halaman (tabel) dari rangkaian pengambilan sampel secara acak. Dimulai dengan angka apa pun di halaman itu, digit yang terjadi berturut-turut (baik dalam baris maupun kolom) akan ditulis dalam blok tiga untuk menghasilkan tiga digit angka. Angka 001 dan 002 masing-masing dapat diambil sesuai dengan desa 1 dan desa 2 dan akhirnya 400 akan sesuai dengan desa 400.

Semua tiga digit angka yang lebih besar dari 400 dan juga 000 akan diabaikan. Jika nomor yang muncul lebih awal diulang, nomor digit baru akan diambil hingga 15 nomor tiga digit yang berbeda (tidak ada yang harus 000 atau lebih besar dari 400) diperoleh. Contoh berikut diilustrasikan dengan bantuan Tabel 6.3 akan membuat poin lebih jelas.

Tabel 6.2 diberikan dalam nilai puluhan dan satuan. Pertama, angka-angka ini disusun dalam blok tiga untuk memberikan tiga angka, karena jumlah desa di wilayah yang diteliti naik hingga tiga kali ­(400). Kemudian dipilih semua angka yang berada dalam kisaran 400, dengan mengabaikan angka yang melebihi 400 dan juga 000. Dengan teknik tersebut, 15 desa sampel yang diambil dengan bantuan Tabel 6.2 adalah sebagai berikut: 201, 221, 162 , 45, 327, 36, 174, 157, 291, 47, 239, 09, 39, 42, dan 122. Disusun secara berurutan desa-desa yang dipilih sebagai sampel adalah 9, 36, 39, 42, 45, 47, 122, 157, 162, 174, 201, 221, 239, dan 291.327.

Sekali lagi, jika daftar lengkap terdiri dari 10.000 desa, empat kolom pertama dari tabel random sampling akan digunakan, 0.000 mewakili ­10.000. Untuk pemilihan 15 desa dalam kasus ini, sampel pertama adalah yang diberi nomor satu. 2017 (lihat Tabel 6.2) pada daftar lengkap selanjutnya nomor 7449 dan seterusnya, hingga terpilih daftar lengkap 15 desa.

Dalam hal ini, angka yang melebihi 10.000 dan 0.000 akan diabaikan saat melakukan pemilihan. Tabel sampel acak ­memudahkan pekerjaan peneliti. Keuntungan utama dari teknik random sampling terletak pada fakta bahwa teknik ini tidak memihak, lebih objektif dan representatif dari keseluruhan buku data.

2. Pengambilan Sampel Purposif:

Dalam teknik purposive sampling, sampel dipilih dengan maksud tertentu. Misalnya, jika standar gizi penduduk pedesaan suatu wilayah atau negara, yang memiliki kebiasaan makanan vegetarian, akan ditentukan, hanya keluarga pemakan makanan vegetarian yang akan diambil sebagai sampel untuk dipelajari.

Demikian pula, jika perubahan standar hidup buruh tani dan petani dari suatu ­unit lahan komponen selama periode waktu tertentu akan dipelajari, sampel akan diambil dari kategori masing-masing, dengan mengabaikan populasi lainnya. Teknik pengambilan sampel ini menderita kekurangan favoritisme dan gagal memberikan sampel yang representatif dari populasi.

3. Pengambilan Sampel Sistematis:

Dalam metode ini, pola pemilihan yang teratur dibuat alih-alih memilih setiap individu secara terpisah. Metode ini juga dikenal sebagai quasi-acak. Misalnya, jika suatu studi kombinasi tanaman akan dilakukan di 2000 desa dari suatu unit areal dan akan dipilih 20 desa sampel, maka desa-desa tersebut harus diberi urutan berurutan, mulai dari 1 hingga 2000.

Setelah mengatur desa secara berurutan, setiap desa keseratus ­dari daftar dipilih. Desa sampel yang dibutuhkan akan tercapai dengan cepat. Jika digunakan dengan bijaksana, pengambilan sampel sistematik seringkali lebih nyaman daripada pengambilan sampel acak yang sebenarnya dan sama efektifnya. Metode ini, meskipun membantu dalam pengambilan sampel yang cepat dan efektif, namun mengalami kemunduran subjektivitas karena setiap desa di wilayah tersebut tidak memiliki kesempatan yang sama untuk disertakan dalam sampel.

4. Pengambilan Sampel Berstratifikasi:

Ketika populasi heterogen sehubungan dengan variabel yang diteliti ­dan dapat dibagi menjadi kelompok dan subkelompok yang relatif homogen, teknik pengambilan sampel bertingkat dapat diadopsi. Jenis pengambilan sampel ini sebagian besar diterapkan ketika ada kelompok signifikan dengan ukuran yang diketahui dalam ‘populasi induk’ dan diinginkan untuk memastikan bahwa setiap subkelompok terwakili secara adil dalam sampel total. Misalnya, populasi suatu desa adalah 10.000 dan berdasarkan variabel pendapatan dibagi menjadi 10 kelompok, maka akan diambil sampel acak untuk masing-masing subkelompok yang mewakili pendapatan kelompok masing-masing.

Keuntungan utama dari stratified sampling terletak pada kenyataan bahwa hal itu dapat dilakukan dengan mudah ­dan setiap strata terwakili dalam sampel (yang mungkin tidak terjadi pada random dan purposive sampling), sehingga, jika diperlukan, seseorang dapat memiliki sampel terpisah. perkiraan untuk rata-rata strata. Stratified random sampling banyak digunakan dalam penelitian geografi pertanian, industri dan terapan.

5. Pengambilan Sampel Multitahap:

Ketika unit pengambilan sampel yang diperlukan tercapai melalui tahapan, itu disebut pengambilan sampel multitahap. Misalnya, jika 1000 keluarga akan dipilih untuk survei penyewa tanah atau sosial ekonomi suatu wilayah meso atau makro, hal ini dapat dilakukan melalui pengambilan sampel multitahap, yaitu dengan terlebih dahulu memilih sejumlah desa dari unit areal secara acak, kemudian memilih sejumlah keluarga dari masing-masing desa yang dipilih ­.

Metode pengambilan sampel ini sangat berguna untuk populasi yang mencakup wilayah yang luas di mana daftar individu tidak tersedia atau tidak dapat dibuat dengan mudah. Metode ini secara umum lebih murah tetapi kurang akurat dibandingkan dengan pengambilan sampel satu tahap yang sesuai.

Teknik statistik pengambilan sampel yang dijelaskan di atas sangat bermanfaat bagi para peneliti, yang berurusan dengan masalah sosial ekonomi ­masyarakat dan juga bagi mereka yang bekerja di bidang evolusi bentuk lahan, klimatologi, hidrosfer, dll.

Penerapan ­teknik sampling dalam penelitian geografi memudahkan tugas peneliti karena dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya serta memberikan hasil yang cukup dapat diandalkan. Dalam geografi, di mana teori graf, korelasi, topologi, dan transformasi berada pada tahap awal, teknik pengambilan sampel memiliki peran penting dalam perumusan hipotesis, pengambilan keputusan, simulasi, dan peramalan.

Related Posts