Apakah Gunung Berapi Mencemari Atmosfer?-



Saat lahar cair menyembur dari gunung berapi yang meletus, ia menghancurkan segala sesuatu yang dilaluinya, seringkali memaksa penduduk untuk meninggalkan tanah mereka selamanya. Sementara jenis kehancuran ini biasanya terbatas pada daerah sekitar gunung berapi, letusan juga dapat mempengaruhi orang yang tinggal ratusan atau bahkan ribuan kilometer jauhnya. Jauh dari lokasi letusan, gas vulkanik dan partikel halus mencemari atmosfer, mengakibatkan penurunan kualitas udara, hujan asam, dan masalah lingkungan lainnya.

Gas Vulkanik

Selain batu dan lava, gunung berapi mengeluarkan gas yang dapat mencemari udara. Gas-gas ini dapat menyebar sejauh 10 kilometer (6,2 mil) ke udara atau lebih, kemudian berhembus ratusan atau ribuan kilometer jauhnya dari lokasi gunung berapi untuk memengaruhi kualitas udara di area yang luas. Awan gas vulkanis ini mengendap di atas tanah seperti kabut asap, dan sebenarnya memiliki julukannya sendiri — vog — kependekan dari “kabut vulkanik”. Orang yang terpapar gas ini mungkin menderita iritasi mata, kulit, atau paru-paru. Beberapa gas ini, termasuk sulfur dioksida dan hidrogen klorida, dapat bergabung dengan uap air di atmosfer dan jatuh ke tanah sebagai hujan asam. Hujan asam tidak hanya merusak properti seperti mobil dan bangunan tetapi juga mencemari air, merusak kehidupan laut dan ekosistem.

Abu vulkanik

Seperti gas vulkanik, abu vulkanik yang terdiri dari batuan, pasir, dan lumpur dapat menempuh jarak ribuan kilometer dari lokasi gunung berapi. Partikel kecil ini bersifat abrasif, seperti tiupan pasir, dan dapat menyebabkan polusi udara. Orang yang menghirup abu vulkanik dapat mengalami efek jangka pendek seperti iritasi mata, kulit, hidung dan tenggorokan. Silika, sejenis partikel yang terkadang ditemukan dalam abu vulkanik, juga dapat menyebabkan efek kesehatan jangka panjang, menurut Survei Geologi AS. Bila terhirup, silika berpotensi menyebabkan jaringan parut di paru-paru, suatu kondisi yang disebut silikosis.

Karbon dioksida

Sementara gas vulkanik mencemari udara, mereka hanya memainkan peran kecil dalam pemanasan global. Saat orang membakar bahan bakar seperti minyak atau batu bara untuk menyalakan pabrik atau mobil, bahan bakar ini menghasilkan produk sampingan yang disebut karbon dioksida, yang berpindah ke atmosfer bumi. Energi panas dari matahari terperangkap dalam lapisan karbon dioksida ini, mengakibatkan peningkatan suhu di Bumi, sebuah konsep yang dikenal sebagai pemanasan global. Memang benar bahwa gunung berapi memuntahkan karbon dioksida, jumlah gas yang dikeluarkan oleh gunung berapi ini setara dengan hanya 1 persen dari semua karbon dioksida yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, menurut US Geological Survey.

Sulfur dioksida

Gunung berapi melakukan lebih dari sekadar mencemari udara. Faktanya, aktivitas gunung berapi sebenarnya dapat bermanfaat bagi lingkungan dalam beberapa kasus. Sementara gas karbon dioksida dari gunung berapi bergabung dengan emisi karbon lainnya di atmosfer dan berkontribusi terhadap pemanasan global, sulfur dioksida yang dilepaskan oleh gunung berapi sebenarnya dapat membalikkan efek ini. Sulfur dioksida membentuk perisai di atmosfer, memantulkan kembali energi panas dari Bumi, yang membantu memperlambat efek pemanasan global dan perubahan iklim.

NA/Photos.com/Getty Images

Related Posts