Efek Rumah Kaca & Fotosintesis-



Efek rumah kaca terjadi secara alami. Namun, aktivitas manusia mengintensifkan proses tersebut, di mana Bumi menyerap sebagian energi dari matahari di atmosfernya dan memantulkan sisanya kembali ke luar angkasa. Energi yang terperangkap ini menghangatkan permukaan bumi. Produksi dan konsumsi bahan bakar fosil telah meningkatkan gas rumah kaca di atmosfer dan berkontribusi terhadap pemanasan global. Menghemat energi adalah salah satu cara untuk memperlambat tren pemanasan ini, dan menanam pohon adalah cara lainnya.

Gas-gas rumah kaca

Visi Digital./Visi Digital/Getty Images

Meskipun Badan Perlindungan Lingkungan AS melaporkan bahwa karbon dioksida adalah gas rumah kaca paling melimpah di atmosfer kita, gas lain seperti metana dan dinitrogen oksida juga berkontribusi terhadap efek rumah kaca. Semua gas rumah kaca memerangkap panas di atmosfer, yang menghangatkan permukaan bumi. Pembakaran bahan bakar fosil untuk menghasilkan energi merupakan sumber utama emisi karbon dioksida di AS Bahan bakar fosil yang paling umum termasuk batu bara, gas alam, dan bahan bakar minyak. Produksi energi, transportasi, dan aktivitas industri semuanya berkontribusi secara signifikan terhadap emisi karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya.

Fotosintesis

Tumbuhan mengubah karbon dioksida dan air menjadi gula dan oksigen melalui proses fotosintesis. Tumbuhan menyerap karbon dioksida dari atmosfer selama fotosintesis. Sejumlah kecil karbon dioksida dilepaskan selama respirasi daun (asupan oksigen), tetapi dengan cepat diserap kembali selama fotosintesis. Jadi, sebagian besar karbon dioksida yang diserap selama fotosintesis disimpan dari atmosfer sampai tanaman mati.

Dampak lingkungan

Pada tahun 2011, US Forest Service melakukan studi yang menemukan bahwa hutan bumi menyerap sepertiga dari karbon dioksida yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil setiap tahun. Pohon dan tumbuhan lain menyimpan karbon dan secara signifikan mengurangi jumlah karbon dioksida di atmosfer. Tumbuhan di daerah tropis memiliki dampak terbesar pada efek rumah kaca. Karena mereka mendapat lebih banyak sinar matahari daripada tumbuhan di daerah beriklim sedang dan sub-kutub, mereka berfotosintesis lebih banyak.

Siklus Karbon

Ketika tanaman mati, karbon yang dikandungnya dikembalikan ke siklus karbon. Karbon dioksida selalu berpindah dari atmosfer ke tanah dan lautan dan kembali lagi ke atmosfer. Aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil menyumbangkan karbon ekstra untuk siklus ini. Penggundulan hutan, yang mengakibatkan pembusukan banyak tanaman, berkontribusi pada efek rumah kaca dalam dua cara. Karbon yang terkandung dalam pohon yang ditebang dilepaskan kembali ke siklus karbon, dan pohon tidak lagi mampu menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer melalui fotosintesis.

Jupiterimages/Comstock/Getty Images

Related Posts