Implikasi Lingkungan Kayu Lapis-



Kayu lapis adalah lapisan tipis kayu (atau veneer) yang dikompresi yang diikat bersama dengan perekat dan digunakan untuk konstruksi. Kayu lapis digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari lantai dan furnitur hingga wadah. Sebagai bahan manufaktur yang banyak digunakan dari alam, kayu lapis telah menimbulkan beberapa masalah lingkungan global.

Jenis

Kayu lapis dibagi menjadi tiga kategori utama: kayu lunak, kayu keras dan tropis. Kayu lapis kayu lunak umumnya terbuat dari pohon jenis konifera seperti cemara, cemara dan pinus. Pohon gugur termasuk oak, maple dan poplar digunakan untuk memproduksi kayu lapis keras. Kayu lapis tropis — juga dikenal sebagai lauan dan meranti — terdiri dari kayu dari berbagai jenis pohon Asia.

Penggundulan hutan

Deforestasi mengacu pada penghilangan pohon dan elemen dan ekosistem terkait hutan lainnya. Ini dapat berkisar dari proyek kecil hingga penghapusan skala besar, dan biasanya dilakukan untuk keperluan pertanian atau industri.

Menyeimbangkan kebutuhan komersial akan kayu dengan kepedulian lingkungan telah menjadi tantangan bagi negara-negara di seluruh dunia. Terlepas dari upaya pemerintah untuk mengendalikan deforestasi, praktik penebangan yang merusak dan ilegal masih menjadi masalah. Hal ini terutama menjadi masalah di daerah-daerah yang sangat ditargetkan karena kualitas kayunya yang tinggi, seperti Asia Tenggara untuk kayu lapis tropis.

Emisi

Emisi yang dihasilkan dari pembuatan kayu lapis dapat berdampak negatif terhadap kualitas udara. Tiga dari jenis emisi utama termasuk yang dihasilkan dari materi partikel, pengering veneer, dan perekat.

Partikel (atau partikulat) terdiri dari debu kayu dan bit yang dilepaskan ke udara selama pemotongan kayu, pemindahan kulit kayu, pengamplasan kayu lapis dan pemotongan kayu lapis.

Setelah batang kayu dilepas dan dipotong menjadi potongan-potongan kecil yang disebut blok pengupas, balok tersebut dipanaskan dan direndam dalam larutan air hangat. Blok pengupas basah kemudian diiris menjadi veneer, atau lembaran kayu tipis. Saat veneer lembab dikeringkan, polutan udara dikeluarkan dari kayu dalam bentuk senyawa organik seperti metanol. Selain itu, tergantung pada metode pengeringan dan jenis kayu, polutan lain dilepaskan melalui pembakaran bahan bakar dari peralatan pengeringan.

Setelah kering, veneer direkatkan dan dipres panas untuk membentuk kayu lapis. Polutan udara tambahan seperti formaldehida dilepaskan dari lem dan proses pengepresan.

Pengelolaan Hutan dan Emisi

Selain peraturan pemerintah, organisasi swasta seperti Forest Stewardship Council mensertifikasi produk kayu dari kelompok yang mematuhi proses pembuatan yang legal dan ramah lingkungan.

Berbagai metode digunakan oleh produsen untuk membantu mengendalikan emisi, termasuk penggunaan sistem penyerapan dan oksidasi, presipitator elektrostatis basah, dan alas filter beraliran listrik.

Jupiterimages/Photos.com/Getty Images

Related Posts